Suku Bunga BI 7-Day Diprediksi Bertahan di 5,75% di RDG Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan kembali menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu dan Kamis pekan ini, 15-16 Maret 2023. BI diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate di level 5,75%.

Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan, prediksi ini seiring pernyataan BI yang beberapa pekan sebelumnya yang mengatakan level suku bunga saat ini sudah memadai untuk mendorong penurunan inflasi ke target BI setidaknya 4% hingga akhir tahun 2023.

"Investor tentu menyukai hasil RDG-BI yang sesuai konsensus saat ini yakni tetap mempertahankan BI 7-day RR," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/3).


Baca Juga: Transaksi Pasar Saham Sepi Gara-Gara Investor Wait and See

Namun, yang harus perlu dicermati adalah bagaimana pernyataan lanjutan dari Gubernur BI Perrry Warjiyo dan langkah BI selanjutnya dalam menyikapi kembali agresifnya langkah The Fed yang akan menaikkan FFR sebesar 50 bps di pekan depan, padahal rencana sebelumnya hanya 25 bps. Dan The Fed juga menaikkan terminal rate (puncak suku bunga) menjadi 5,61% yang tadinya 5,5%.

Menurut Nico, jika suku bunga BI naik bulan ini maka artinya BI kembali bersikap hawkish dan efeknya akan menambah risiko untuk pasar dan menekan IHSG. Sementara untuk skenario suku bunga turun, dinilainya tidak akan terjadi setidaknya sampai kuartal ketiga 2023 sambil mencermati perkembangan tren inflasi global, khususnya AS dan inflasi domestik.

Dia pun memperkirakan, sebelum RDG BI IHSG akan bergerak dengan support 6.730 dengan resistance pada level 6.790. "Karena investor juga akan dibayangi rilis inflasi AS yang diproyeksi turun ke 6,2% secara tahunan (YoY)," kata Nico. Sementara setelah RDG BI, IHSG diprediksi bisa menyentuh level 6.800.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Melanjutkan Pelemahan Pada Senin (13/3)

Nico menyarankan, untuk jangka pendek investor bisa menggunakan strategi tertentu untuk setiap saham. Misalnya melakukan buy on weakness, dengan terlebih dahulu menganalisis pola teknikalnya, seperti buy ketika pola menunjukkan tekanan jual yang semakin mereda dengan indikator MACD sudah melewati death cross dan menuju arah golden cross.

"Untuk jangka panjang, bisa tetap mengoleksi saham yang fundamentalnya solid, prospek bisnis menjanjikan, dan margin of safety besar." imbuh Nico.

Dia berpandangan, untuk berbagai skenario suku bunga saham empat bank besar (BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI) masih layak koleksi. Kemudian, investor bisa memperhatikan saham defensif dengan menyasar saham konsumsi primer atau non-primer seperti INDF, AMRT, atau MAPI, yang juga akan terdorong dengan periode Ramadan dan Lebaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati