Suku Bunga BI Bisa Naik 25 Bps, Cermati Arah IHSG dan Rekomendasi Saham Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles 0,64% sepanjang pekan lalu. Analis memprediksi volatilitas IHSG bisa mereda, menimbang sejumlah katalis yang akan mewarnai bursa saham dalam sepekan ke depan.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan membeberkan sejumlah sentimen dalam negeri dan eksternal yang akan berdampak pada pergerakan IHSG. Di awal pekan, pelaku pasar akan mencermati data neraca dagang pada bulan Desember 2022.

"Pertumbuhan nilai ekspor dan impor kemungkinan melambat bahkan mungkin terkontraksi. Hal ini sejalan dengan pelemahan signifikan harga komoditas di Desember 2022," ujar Valdy.


Dari eksternal, investor akan mencermati data ekonomi, terutama inflasi dari kawasan Eropa yang diperkirakan turun. Kondisi ini dapat mengurangi tekanan bagi European Central Bank (ECB) dalam menaikkan suku bunga acuan.

Masih terkait suku bunga, pergerakan IHSG juga akan diwarnai ekspektasi pasar terhadap penyesuaian kebijakan The Fed menjadi less aggressive, setelah data inflasi Desember 2022 di Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan.

Baca Juga: Cek Proyeksi Pergerakan IHSG dan Rekomendasi Saham di Pekan Depan

Pasar berekspektasi kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) pada Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Februari 2023. Dari dalam negeri, pasar juga menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang akan digelar pada 18 Januari - 19 Januari 2023.

Prediksi Valdy, RDG BI bisa menghasilkan keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level saat ini, yakni 5,50%. Skenario lainnya, BI mengerek suku bunga acuan dengan kenaikan sebesar 25 bps.

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo punya pandangan serupa. Menimbang konsensus, ada potensi kenaikan 25 bps menjadi 5,75%.

Namun, ada kemungkinan suku bunga tetap ditahan pada level saat ini, mengingat gerak rupiah yang mulai menguat terhadap dolar AS.

Baca Juga: Saham-Saham Ini Banyak Diburu Asing Saat IHSG Menguat di Akhir Pekan

Sementara itu, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani memperkirakan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) naik 25 bps. Proyeksi itu menimbang kenaikan suku bunga yang masih akan dilakukan oleh The Fed pada FOMC awal Februari.

Inflasi pada Desember yang meningkat ke level 5,51% (YoY) dari bulan sebelumnya di 5,42% juga bisa menjadi alasan BI mengerek suku bunga. Perkiraan Chisty, sepanjang 2023 BI7DRR masih berpotensi terjadi kenaikan tiga sampai empat kali dengan kisaran hingga 6,25% - 6,5%.  

Dampak ke IHSG

Menurut Chisty, kenaikan suku bunga BI sudah diantisipasi oleh pelaku pasar dan bisa menjadi katalis positif. Langkah ini juga dapat dilihat sebagai upaya memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga pasar keuangan Indonesia dari potensi capital outflow di tengah kenaikan imbal hasil obligasi, khususnya di AS.

Arus dana dari investor asing memang menjadi bagian krusial yang akan mewarnai bursa saham. Apalagi, dana asing diperkirakan masih melirik pasar saham di kawasan China mempertimbangkan faktor reopening ekonomi pasca pelonggaran zero covid policy.

Oleh sebab itu, Chisty memproyeksikan dalam sepekan ke depan gerak IHSG masih akan bervariatif. Level support diperkirakan pada 6.570 dan resistance di area 6.752.

Wisnu ikut menyoroti, arus dana asing yang terus keluar dari pasar saham domestik membuat ruang terjadinya Januari Effect semakin menyempit. Perkiraan Wisnu, volatilitas IHSG sepekan ke depan akan mereda dengan kecenderungan menguat.

 
ANTM Chart by TradingView

Sementara itu, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo memiliki tiga skenario. Pertama, jika tidak ada kenaikan suku bunga acuan BI, maka pasar akan menguat sementara. Investor mempertimbangkan laju inflasi yang melandai dan kurs rupiah yang kembali menguat.

Selain itu, investor juga melihat potensi teknikal rebound pada saham-saham yang sudah terdiskon. Kedua, jika BI mendongkrak suku bunga lebih dari 25 bps, maka pasar akan bereaksi negatif dan berpeluang mengalami tekanan signifikan dengan level bottom di 6.474 - 6.550.

Ketiga, jika BI menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, maka dampaknya ditaksir tidak akan signifikan terhadap IHSG. Menurut Praska, IHSG akan cenderung bergerak sideways karena sudah sesuai dengan perkiraan pasar.

"Dampak ke pasar saham sudah dicerminkan saat ini, dimana IHSG masih tertahan di bawah 6.700-an dan investor asing masih cenderung mencatat aksi jual," kata Praska kepada Kontan.co.id, Minggu (15/1).

Analisa Praska, pada pekan ini IHSG akan bergerak konsolidasi pada rentang 6.550 - 6.750. Sementara itu, Valdy memprediksi IHSG masih akan fluktuatif dengan kecenderungan menguat dalam rentang 6.600 - 6.730.

Rekomendasi Saham

Menurut Valdy, hasil RDG BI berpotensi membuat harga saham-saham perbankan mengalami rebound. Chisty juga menjagokan sektor keuangan dengan rekomendasi buy untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN).

Baca Juga: Asing Net Sell Rp 550 Miliar Saat IHSG Naik, Cek Saham-Saham yang Banyak Dilego

Selain keuangan, saham di sektor metal mining juga berpotensi tumbuh dalam sepekan ke depan. Di sektor ini, Chisty menyematkan rekomendasi beli untuk saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Wisnu punya rekomendasi serupa. Selain ANTM, untuk sepekan ke depan Wisnu menyarankan pelaku pasar mencermati saham PT Timah Tbk (TINS) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Sementara itu, Praska menjagokan saham BBCA, ANTM, MDKA, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari