Suku Bunga BI Ditahan di Level 6%, Begini Dampaknya ke Pasar Saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 6,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Februari 2024.  Penahanan suku bunga BI dilihat sudah diprediksi oleh pasar dan kemungkinan tidak akan berdampak signifikan ke kinerja emiten di pasar saham.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, keputusan RDG tidak berpengaruh ke kinerja sejumlah emiten di pasar saham, karena sesuai dengan prediksi pasar.

“Ekspektasi pasar dan mayoritas analis sudah perkirakan suku bunga BI akan bergerak flat di level 6%. Tidak ada dampak, karena hasilnya sudah priced-in,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (21/2).


Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus pun sependapat. Katanya, penahanan suku bunga BI di level 6% belum akan memberikan dampak positif ke sektor atau emiten tertentu.

Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan, Begini Arah IHSG dan Rekomendasi Saham Unggulan Analis

“Sejauh ini belum ada (dampak positif), karena sudah diprediksi pasar. Hari ini juga IHSG turun ke level 7.349 yang disebabkan tekanan global,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (21/2).

Menurut Nico, Bank Indonesia juga harus menjaga spread premium antara suku bunga BI dengan The Fed untuk menjaga volatilitas rupiah ke depannya. 

Selain itu, keputusan RDG BI hari ini juga sudah sesuai dengan fokus kebijakan mereka yang pro stability, menjaga nilai tukar, preemptive (langkah pencegahan), dan forward looking

“Sehingga, karena sudah diprediksi, pasar akan tetap bereaksi seperti biasanya,” ungkapnya.

Namun, Nico mencatat, ada beberapa sektor yang kinerjanya akan tertekan dari penahanan suku bunga BI di level 6%. Sektor itu adalah properti dan otomotif. Hal ini terkait dengan bunga kredit pemilikan, baik untuk properti maupun kendaraan.

Baca Juga: IHSG Melemah Hari Ini, Simak Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Kamis (22/2)

Semakin lama tingkat suku bunga BI ditahan, maka kedua sektor tersebut masih lambat proses pemulihannya. 

“Oleh sebab itu, apabila The Fed bisa menurunkan tingkat suku bunga mereka tahun ini, akan disambut positif oleh sektor tersebut dan berpotensi mengalami kenaikan,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi