Suku bunga BI naik, marketing sales emiten properti terpengaruh



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI)  memutuskan menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) sebanyak 25 bps menjadi 5,75% di akhir bulan September ini. Keputusan BI untuk merespons naiknya suku bunga acuan The Fed.

Kenaikan bunga akan memberikan dampak ke  industri properti, khususnya pada marketing sales perusahaan properti. Sebab, sebagian besar pembelian properti dilakukan dengan menggunakan fasiitas kredit dari perbankan.

Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) mengatakan, hampir 40% dari total marketing sales DILD  diisi oleh penjualan secara kredit.


“Kami masih pantau terus (kondisi kenaikan suku bunga) namun dengan kondisi ini kami belum akan melakukan revisi pencapaian marketing sales di akhir tahun,” ujar Theresia kepada Kontan.co.id, Jumat (28/9).

Catatan saja, marketing sales DILD di semester I-2018 sebesar Rp 966 miliar. Sementara, sepanjang tahun ini, DILD menargetkan marketing sales atau penjualan pemasaran Rp 3,3 triliun. Dengan kata lain, hingga tengah tahun ini, marketing sales DILD belum mencapai  50% dari target.

Theresia menambahkan, di kondisi seperti ini pihaknya telah menyiapkan strategi ataupun gimmick marketing untuk menggairahkan industri properti. Salah satunya dengan program khusus untuk mendapatkan fasilitas harga spesial dan diskon khusus selama periode tertentu.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan, kenaikan suku bunga akan menjadikan beban tersendiri bagi industri properti terutama untuk penjualan secara kredit. Kendati demikian, pihaknya yakin, relaksasi loan to value (LTV) BI akan memberikan aura positif walaupun tidak secara instan.

“Suku bunga naik sudah sesuai dengan konsensus jadi mereka sudah antisipatif, tercermin dari rebound saham-saham properti. Disisi lain saham properti sudah turun cukup tajam, jadi secara valuasi harga sudah murah,” ujar Alfatih saat ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (28/9).

Berdasarkan data RTI saham-saham properti seperti SMRA naik cukup tajam sebesar 10,08% ke level Rp 655 per saham, harga CTRA naik 6,71%ke level Rp 875 per saham. Kendati demikian ada beberapa saham yang masih bergerak stagnan seperti BSDE di level Rp 1.155 per saham dan DILD turun tipis 0,68% ke level Rp 292 per saham.

Alfatih merekomendasikan beberapa saham untuk dikoleksi seperti SMRA dengan target harga Rp 700 dan Rp 780, saham CTRA dengan target harga Rp1.080, saham BSDE Rp 1.260 dan Rp 1.400 untuk jangka pendek dan menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat