KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju pertumbuhan kredit properti yang masih melambat membuat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) properti ikut meningkat. Berdasarkan data Bank Indonesia posisi NPL properti per Juni 2023 ada di level 2,72%. Posisi tersebut meningkat dari level di periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,45%. Bila dirinci, NPL kredit properti paling tinggi disumbang kredit pemilikan ruko/rukan sebesar 5,19%. Sementara untuk kredit pemilikan rumah (KPR) rumah tapak masih terjaga di level 2,51%. Kendati meningkat dari periode setahun sebelumnya sebesar 2,02%. Tren kenaikan suku bunga juga membuat perbankan ikut mengerek bunga KPR sehingga potensi kenaikan kredit bermasalah bisa membengkak.
Hal tersebut turut dirasakan sejumlah perbankan seperti PT Bank Tabungan Negara (BTN) yang sampai dengan Juni 2023 posisi NPL KPR secara total meningkat 3,72% dari level di periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,44%. Bila dirinci, untuk KPR subsidi mencatatkan NPL 1,64%% naik dari Juni 2022 yang terjaga di level 0,88%. Sedangkan posisi NPL KPR non subsidi naik pada kisaran 2,47% dari posisi Juni 2022 yang sebesar 2,32%.
Baca Juga: Hingga Akhir 2023, BTN Targetkan NPL Bisa Ditekan di Level 3,4% Direktur Assets Management BTN Elisabeth Novie Riswanti mengatakan, kenaikan NPL KPR karena pasca relaksasi restrukturisasi Covid, kondisi keuangan debitur belum sepenuhnya pulih. Sehingga, beberapa debitur membutuhkan waktu lebih untuk menyesuaikan Kembali kepada kondisi sebelum terjadi Covid. Ia menjelaskan, BTN sebagai bank yang fokus pada perumahan khususnya pada populasi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengalami dampak pasca pandemi covid kemarin. Sehingga, produk KPR subsidi, yang sebagian besar diberikan kepada MBR, mengalami kendala pembayaran angsuran. Ini menjadi perhatian bagi BTN untuk melakukan perbaikan ke depan agar kualitas kredit menjadi lebih baik. "Kami berupaya semkasimal mungkin untuk membantu debitur-debitur tersebut sehingga harapannya kedepan akan kembali pulih. Kami juga telah mengantisipasi dengan beberapa langkah strategis Bank untuk dapat menurunkan NPL KPR kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya," kata Elisabeth kepada kontan.co.id, Rabu (9/8). Langkah strategis yang dilakukan BTN dalam upaya menurunkan NPL dan membuat kualitas kredit menjadi lebih baik. Antara lain, melakukan investor gathering secara berkala setiap bulannya, berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk percepatan lelang, meningkatkan pengembangan penjualan melalui media online seperti rumah murah BTN. "Hingga saat ini, kami selalu optimis seiring dengan inisiaitif dan strategi yang kami terapkan untuk memperbaiki kualitas kredit. Kami yakin dapat menurunkan NPL KPR menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya," imbuhnya. Sementara itu, NPL KPR PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada semester I/2023 tercatat terjaga di level 3% dan secara YoY naik dari periode sama tahun lalu dilevel 3,91%. Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan, NPL KPR BRI didominasi KPR disegmen komersial. "Debitur yang memiliki kesulitan pembayaran tetap ditawarkan program restrukturisasi sesuai dengan ketentuan secara selektif, serta upaya penyelesaian KPR sesuai dengan ketentuan," ujar Hendy. BRI pun optimistis hingga akhir tahun NPL untuk KPR akan lebih baik dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2022. Oleh karena itu, dalam upaya menjaga kualitas portofolio kredit dimulai dari proses akuisisi, processing yang prudent, serta dalam penyaluran kredit yang selektif, melakukan evaluasi dan monitoring sebagai early warning untuk mencegah pemburukan kualitas kredit. Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga menyatakan, NPL KPR CIMB Niaga terjaga sampai saat ini. Hal ini karena sudah tidak ada yang dalam restrukturisasi Covid. Juga karena tidak ada perpanjangan. Lani menyebut, hingga posisi Juni 2023 tingkat NPL KPR CIMB Niaga ada di level 2,2%. "Kami masih positif, NPL KPR terjaga baik sampai akhir tahun sejalan dengan tetap tumbuh nya portfolio yang kami harapkan akan tumbuh sekitar 8%-an. NPL KPR juga akan dijaga di level 2,1%," ujarnya. Oleh karena itu, agar NPL KPR terjaga hingga akhir tahun, Lani menerangkan, faktor seleksi kredit dan pertumbuhan portofolio yang berkelanjutan menjadi yang terpenting. Selain terus meningkatkan analytics untuk collection. Sementara itu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, kenaikan NPL KPR di level 2,72% karena sektor properti terdampak perlambatan karena prospek ekonomi tahun ini akan lebih rendah dari tahun lalu. Walau demikian, kata Eko, kenaikan NPL KPR ini masih berada di level yang aman, hal ini karena semakin berkurangnya kredit restrukturisasi Covid.
"Memang jika dilihat sampai akhir tahun sepertinya kredit properti akan melambat seiring risiko perlambatan ekonomi, pengucuran kredit yang dikurangi/melambat oleh bank ini juga bertujuan agar NPL tetap terjaga aman di Bawah 5%," jelasnya. Menurutnya, sektor perumahan memang belum pulih total, namun demikian prospek rumah tipe menengah kecil masih besar. Upaya yang perlu dilakukan bagi dunia bisnis tentu menyesuaikan segmen permintaan, sementara bagi perbankan perlu melihat sektor-sektor yang masih tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Jumlah Kredit Bermasalah Bank BUMN Mencapai Rp 75,65 Triliun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat