Suku Bunga Mulai Dipangkas, Bagaimana Peluang Berinvestasi Obligasi?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum terlambat bagi investor untuk memanfaatkan peluang investasi obligasi di saat suku bunga turun. Potensi menarik obligasi masih ada karena era pemangkasan suku bunga baru dimulai.

Direktur Investasi PT Trimegah Asset Management Darma Yudha menilai, investor masih bisa memanfaatkan peluang di pasar obligasi saat ini. Hal itu karena pemangkasan suku bunga baru dimulai yang diperkirakan bakal berlanjut di sepanjang tahun depan.

Dengan suku bunga turun, maka investor dapat memanfaatkan keuntungan dari capital gain seiring harga obligasi diperkirakan akan terus naik. Selain itu, investor dapat mengamankan kupon tinggi obligasi saat ini karena ke depanya sulit dijumpai lagi, seiring suku bunga dipangkas.


Baca Juga: Volatilitas Harga dan Yield SBN Berpotensi Naik,Ini Rekomendasinya, Jumat (11/10)

"Potensi upside obligasi masih ada karena potensi penurunan suku bunga masih sampai tahun depan," jelas Darma saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (11/10).

Menurut Darma, kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sekitar 50 bps – 80 bps untuk sisa tahun ini. Dengan demikian, maka yield SUN 10 tahun sebagai acuan diperkirakan bisa ke level di bawah 6.7%.

Oleh karena itu pula, dia melihat bahwa berinvestasi di surat utang korporasi lebih menarik yang menawarkan kupon dan capital gain. Apalagi, obligasi korporasi yang biasanya bertenor di bawah 5 tahun memiliki likuiditas tinggi.

Namun surat utang pemerintah khususnya ritel juga tidak kalah menarik untuk dikoleksi. Sebab, kuponnya masih lebih tinggi ketimbang instrumen investasi sejenis yakni deposito.

Adapun saat ini pemerintah tengah menawarkan SBN Ritel seri ORI026 mulai dari 30 September – 24 Oktober 2024. ORI206 menawarkan kupon 6,3% untuk ORI026 tenor 3 tahun (ORI026T3), dan imbal hasil 6,4% untuk ORI026 tenor 6 tahun (ORI026T6).

Baca Juga: Yield Obligasi Domestik Merangkak Naik di Akhir Tahun

Secara keseluruhan, Darma memandang bahwa prospek pasar surat utang Indonesia tetap positif yang menjadi salah satu favorit asing. Optimisme itu karena melihat kondisi makroekonomi yang stabil (prudent), potensi pertumbuhan ekonomi tahun depan, serta likuiditas dalam negeri terus membaik.

"Seharusnya pemerintahan baru juga bisa mengeksekusi kebijakan yang dikampanyekan dengan baik," pungkas Darma.

Selanjutnya: Gibran Sebut Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Luar Jawa Ada yang Terkendala Logistik

Menarik Dibaca: Havaianas Warehouse Big Sale 2024, Ini Saatnya Bersantai di Bali dan Nikmati Diskon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi