Suku Bunga Naik, Dunia Usaha Terjerembab



JAKARTA. Dunia usaha saat ini tak ubahnya seperti kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Saat dampak krisis Amerika belum kelar, pengusaha harus terbebani oleh suku bunga acuan (BI Rate) yang naik 0,25% menjadi 9,5%. Buntutnya, tak mudah mendapatkan kucuran dana dari perbankan lantaran ogah terbelit dengan bunga bank yang tinggi. Sektor usaha yang paling merasakan kenaikan suku bunga ini adalah kelas menengah dan kecil. Misalnya saja usaha kerajinan. Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan (AMKRI) M Hatta Sinatra menjelaskan, rata-rata usaha kerajinan mebel rotan bergantung pada kredit dari bank untuk hidup. “Kalaupun ada yang punya modal sendiri paling hanya 30% dari mereka sisanya tetap saja dari bank,” jelas Hatta, Selasa (7/10).Alih-alih suku bunga perbankan 9,5%, terang Hatta, saat masih 9,25% saja pengusaha sudah kembang kempis. Pendapatan mereka terkadang hanya habis untuk membayar bunga dan cicilan pinjaman. Bukan hanya suku bunga yang menyesakkan pengusaha. Perbankan juga sudah mulai enggan mengucurkan kredit bagi pengusaha. Itu sebabnya, Hatta meminta kepada pemerintah untuk menjembatani pengusaha menengah dan kecil dengan perbankan. Tujuannya, agar perbankan semakin giat mengucurkan kredit bagi pengusaha. Keprihatinan ini juga ditunjukkan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan. Ia mengatakan, “Pemerintah harusnya memikirkan pengusaha.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: