Suku Bunga Naik, Emiten Mengatur Strategi Pendanaan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia mulai memasuki era suku bunga tinggi. Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI November 2022. Kali ini, BI mengerek BI 7-Days Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25%.

Sejumlah emiten mulai mengatur strategi pendanaan di tengah era suku bunga tinggi. Emiten mulai melirik alternatif pendanaan selain pinjaman bank. PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) misalnya, menerima pinjaman berupa investor loan, bukan bank loan.

Direktur TGRA Daniel Tagu Dedo mengatakan, pinjaman ini merupakan two step loan, yakni bank memberikan pinjaman kepada investor, kemudian investor memberikan pinjaman kepada TGRA. Skema ini memungkinkan adanya peluang renegosiasi. Jika floating rate melebihi target yang ditentukan, ada peluang penyesuaian suku bunga.


Baca Juga: Rupiah Masih Loyo Kendati Suku Bunga BI Naik, Ini Kata Ekonom

Emiten yang bergerak di bisnis energi baru terbarukan (EBT) ini membuka opsi penerbitan green bond pada tahun 2023 mendatang. Rencana aksi korporasi ini dicanangkan TGRA seiring dengan kebutuhan dana untuk pengembangan proyek EBT. Penerbitan surat utang ini  juga untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga pinjaman yang merangkak naik saat ini.

“Biasanya bond lebih murah daripada bank,” terang Daniel kepada Kontan.co.id, Jumat (18/11).

Sementara itu, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) akan memaksimalkan kas internal untuk membiayai pengembangan bisnis. “Untuk strategi pendanaan, kami mengandalkan internal kas kami untuk membiayai modal kerja dan untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga,” terang Direktur PBID Lukman Hakim kepada Kontan.co.id, Minggu (20/11).

Adapun total utang berbunga Panca Budi per September 2022  sebesar Rp 230 miliar. Sementara  total ekuitas PBID mencapai Rp 2,34 triliun. Jumlah ini menghasilkan angka debt to equity ratio (DER) sebesar 10%.

Lukman menilai, angka ini masih relatif kecil. Di sisi lain, fasilitas pinjaman bank yang diterima PBID pun sebagian besar bersifat stand by loan yang digunakan untuk ekspansi pasar.

Baca Juga: Ancaman Resesi Global, Ekonom Ramal Badai PHK Masih Terus Hantam Perusahaan Digital

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT PP Tbk (PTPP) Agus Purbianto mengatakan, saat ini pihaknya melakukan upaya-upaya mitigasi biaya dana atawa cost of fund dalam rangka menghadapi kenaikan suku bunga. Misal, dari sisi pengeluaran belanja modal alias capital expenditure (capex) yang lebih selektif dan tidak dihabiskan tahun ini. PTPP akan memprioritaskan capex ke segmen yang vital dan bisa memberi manfaat cepat bagi PTPP, seperti Tol Semarang-Demak sesi II dan Menara Danareksa.

Adapun per Agustus 2022, PTPP telah merealisasikan capex Rp 2,31 triliun dari keseluruhan capex sebanyak Rp 4,7 triliun yang dianggarkan. Kebanyakan capex diserap oleh proyek tol Semarang-Demak yang membutuhkan dana besar

Terhadap proyek existing, PTPP melakukan self financing, dengan prinsip matching antara cash in dan cash out selaras. Sehingga, PTPP tidak menambah modal kerja terhadap proyek existing. Sementara terhadap proyek baru, harus ada kejelasan mengenai klausula cost of fund yang ditanggung oleh pemilik proyek.

Baca Juga: Simak Prediksi Pergerakan IHSG untuk Pekan Depan

PTPP juga menahan sejumlah investasi yang menggunakan kredit dengan skema bunga tidak fix   dan digulirkan ke kredit yang sudah menggunakan fixed interest dan sudah menggunakan komitmen.

“Kami melakukan upaya recycling dan divestasi beberapa aset untuk menurunkan utang jangka pendek. Tentunya untuk jangka panjang upaya yang harus dilakukan bagaimana utang ini turun dan impact-nya akan terasa apabila investasi yang besar seperti tol bisa kami divestasikan dengan cepat,” terang Agus, belum lama ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati