Suku Bunga Naik, IMKM Makin Terpuruk



JAKARTA. Suku bunga acuan (BI Rate) yang digemukkan oleh Bank Indonesia menjadi 9,5% mulai menggerogoti Industri Mikro Kecil dan Menengah (IMKM). Pasalnya, suku bunga pinjaman perbankan akan terus merangkak naik sehingga kian mencekik IMKM.Direktur Jenderal IMKM Departemen Perindustrian (Depperin) Fauzi Azis mengatakan, kenaikan suku bunga akan membunuh IMKM. "IMKM yang berhenti produksi akan bertambah menjadi 8.000 dari 80.000 unit usaha," kata Fauzi, Jumat (10/10).Menurut Fauzi, dengan kenaikan suku bunga BI akan membuat suku bunga pinjaman diperkirakan akan mencapai 24% untuk pinjaman di bawah Rp 5 juta. Sementara untuk pinjaman di atas Rp 5 juta juga akan terkerek naik dari 16%. Ujung-ujungnya, IMKM harus berpikir ulang untuk meminjam dana kepada perbankan.Sementara, daya beli masyarakat terus mengalami pelemahan. "Kalau daya beli melemah mereka harus bayar pakai apa," tanyanya. Apalagi, sumber daya manusia (SDM) industri kecil masih sangat rapuh sehingga menambah daya guncang industri ini.Berdasarkan catatan Fauzi, IMKM yang mengalami gangguan tersebut lebih banyak berasal dari sektor transportasi seperti jual-sewa mobil, jasa tour and travel, serta makanan ringan. Fauzi juga menegaskan industri logam kelas kecil juga akan terus terpengaruh lantaran harga logam terus turun. "Mereka kan beli bahan bakunya saat harganya naik," paparnya.Oleh karena itu, pekan depan Depperin bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) akan bertemu dengan pemerintah pusat untuk membicarakan kenaikan suku bunga ini. "Kami harus menyelamatkan industri kecil, makanya Senin (13/10) depan akan kita bicarakan," katanya.Rencananya, Depperin akan mengusulkan kepada pemerintah untuk mengeluarkan kembali program kredit ekonomi kecil alias kredit program. Kredit program ini akan menggunakan dana bergulir di masing-masing departemen. Untuk pengelolaannya, diusulkan agar dikelola oleh perbankan. "Namun, bunga pinjamannya tetap kredit program bukan komersial," katanya.Permintaan perbankan untuk mengelola karena masing-masing departemen kesulitan mengembangkan dana bergulir tersebut. Buktinya, hingga saat ini dana program Depperin tercatat Rp 36 miliar, namun yang nyata hanya sebesar Rp 19 miliar. "(NPL) non performing loan alias kredit macetnya tinggi sekali," tuturnya.Sandiaga S Uno, Ketua Komite Tetap Bidang IMKM Kadin membenarkan jika ia akan bertemu dengan pemerintah pusat untuk membahas kesulitan likuiditas IMKM. Sandiaga berharap kenaikan suku bunga menjadi 9,5% adalah kenaikan terakhir. "Jangan sampai suku bunga naik lagi karena akan membuat IMKM semakin sulit," tegasnya singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: