Suku Bunga Naik, Simak Skema Pendanaan Alternatif Bagi Para Emiten



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia mulai meninggalkan era suku bunga rendah. Hal ini ditandai dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang kembali menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI November 2022. 

Kamis (17/11), BI mengerek BI 7-Days Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25%.

Naiknya suku bunga dinilai bisa berdampak pada strategi pendanaan yang dilakukan emiten. Menurut Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana, suku bunga yang naik memang membuat cost of fund atau biaya pendanaan meningkat.

Sehingga, pendanaan harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan dan kemampuan emiten. Akan tetapi, sepanjang pertumbuhan ekonomi tetap terjaga maka baik dari sisi utang pun dapat ditutup beban bunganya, dan dari sisi ekuitas masih menarik bagi investor.

Baca Juga: Suku Bunga Naik, Emiten Mengatur Strategi Pendanaan

Ekonom & Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mencermati, dalam menghadapi kenaikan suku bunga, emiten bisa melakukan sejumlah alternatif pendanaan. Pertama, merencanakan penerbitan saham baru alias rights issue. Kedua, emiten bisa menerbitkan surat utang alias obligasi.

Kontan.co.id mencatat, sejumlah emiten mulai mengatur strategi pendanaan guna menghadapi kenaikan suku bunga. Misalkan, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) yang akan memaksimalkan kas internal untuk membiayai pengembangan bisnis.

“Untuk strategi pendanaan, kami mengandalkan internal kas kami untuk membiayai modal kerja dan untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga,” terang Direktur PBID Lukman Hakim kepada Kontan.co.id, Minggu (20/11).

Adapun total utang berbunga per September 2022  sebesar Rp 230 miliar, sementara  total ekuitas PBID mencapai Rp  2,34 triliun. Jumlah ini menghasilkan angka debt to equity ratio (DER) sebesar 10%.

 
PBID Chart by TradingView

Lukman menilai, angka ini masih relatif kecil. Di sisi lain, fasilitas pinjaman bank yang diterima PBID pun  sebagian besar bersifat stand by loan yang digunakan untuk ekspansi pasar.

Sementara itu, PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) menerima  pendanaan berupa pinjaman, yakni investor loan.

Direktur TGRA Daniel Tagu Dedo mengatakan, skema ini memungkinkan adanya peluang renegosiasi. Jika floating rate melebihi target yang ditentukan, ada peluang penyesuaian suku bunga.

Emiten yang bergerak di bisnis energi baru terbarukan (EBT) ini juga membuka opsi penerbitan green bond pada tahun 2023 mendatang.

Rencana aksi korporasi ini dicanangkan TGRA seiring dengan kebutuhan dana untuk pengembangan proyek EBT. Penerbitan surat utang ini  juga untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga pinjaman yang merangkak naik saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari