Suku bunga stagnan, poundsterling tertekan



JAKARTA. Rilis data perekonomian Amerika Serikat memberi tekanan pada sejumlah mata uang asing. Poundsterling yang masih dihantui keputusan politik Brexit menerima imbasnya.

Berdasarkan data Bloomberg akan penutupan yang tercatat pada Sabtu (5/8) pukul 04:00, pasangan GBP/USD mengalami pelemahan sebesar 0,75% ke 1,3040. Pada hari sebelumnya, sterling berada di 1,3138.

Pada Jumat (4/8), Bank of England merilis laporan keuangan yang menunjukkan posisi bunga acuan di 0.25% sesuai dengan prediksi pasar.


Analis Alwi Assegaf dari Global Kapital Investama Berjangka melihat hal tersebut sebagai bagian dari kelonggaran kebijakan moneter Inggris yang selaras dengan keputusan BOE sebelumnya, yakni menurunkan proyeksi Produk Domestik Bruto.

"Dengan diturunkannya proyeksi pertumbuhan, BOE masih nyaman dengan kebijakan longgar nya," jelas Alwi.

Alwi melanjutkan, keputusan menurunkan GDP Inggris berdasarkan pernyataan gubernur BOE Mark Tony yang mengantisipasi situasi politik negara tersebut, terutama menjelang keluarnya Inggris dari Uni Eropa melalui Brexit.

Sebagai informasi, untuk tahun 2017 BOE telah menurunkan proyeksi pertumbuhan menjadi 1,7% dari 1,9%. Tak hanya itu, pertumbuhan 2018 juga mengalami revisi menjadi 1,6% dari harapan di 1,7%.

Menurut Alwi, sterling memiliki potensi rebound lantaran penurunan pertumbuhan telah mengecilkan kesempatan BOE untuk memperketat kebijakan moneternya. Nampaknya, walau Gubernur BOE Mark Carney sempat menyuarakan tren hawkish, namun hasil suku bunga acuan yang stagnan malah menjadi pemicu turunnya sterling.

Sementara dari sisi dollar, beberapa rilis data dari pekan lalu memberikan dorongan positif terhadap mata uang greenback.

Beberapa rilis yang memberikan sokongan dollar adalah data rata-rata pendapatan per jam tercatat di 0,3% sesuai dengan prediksi. Hal ini berhubungan erat dengan kenaikan jumlah pekerja di sektor non-pertanian yang mendaki menjadi 209,000 alias lebih baik dari prediksi di 182,000.

Tak hanya itu, indikator tingkat pengangguran AS juga sesuai ekspektasi di 4,3%.

"Data ketenagakarjeaan ini bisa mendorong sentimen positif untuk dolar karena ini kaitannya bisa ke kenaikan suku bunga The Fed," jelas Alwi.

Suku bunga The Fed memang selalu menjadi pemicu valuasi greenback dan berimbas pada mata uang lainnya. Keputusan Bank Sentral Amerika yang berhati-hati pada kurs mereka memberi tarik ulur pada perekonomian domestik negara dan meresahkan pasar global.

The Fed sendiri berencana akan menggelar rapat untuk memutuskan kenaikan suku bunga menjelang akhir tahun 2017.

Dari sisi teknikal pada pekan lalu Jumat (4/8), indikator moving average (MA) masih bertahan di MA 10, atau bila di MA 55. Namun dengan rilis ekonomi AS yang bagus dan nilai sterling yang turun, Alwi melihat adanya tren bearish turun untuk jangka pendek.

Indikator RSI terlihat positif di 59,85 yang secara keseluruhan positif. MACD positif sudah mulai menunjukkan sinyal divergent. Stochastik, sudah menujukkan sinyal dead cross di area overbought level 73 - 83.

Support: 1,3061 - 1,3020 - 1,2950

Resisten: 1,3190 - 1,3265 - 1,3305

Rekomendasi: sell on strength

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto