Suku Bunga Tergunting, Harga Minyak Mentah Naik



KUALA LUMPUR. Harga minyak mentah naik untuk yang kedua kalinya di New York. Hal ini merupakan sinyal permintaan bahan bakar bakalan naik setelah Amerika Serikat (AS), India dan China menggunting suku bunga acuannya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menengahi spekulasi OPEC yang berniat untuk memangkas kembali produksinya pada akhir tahun.

Minyak merangsek naik 5,7% minggu lalu, untuk yang pertama kalinya sejak lima minggu terakhir. Pada hari Sabtu (1/11) kemarin, India melandaikan suku bunga patokannya untuk yang kedua kalinya dalam dua minggu. Sebelumnya, hari Rabu (29/10) The Peoples Bank of China juga mengiris suku bunganya, tiga hari sebelum laporan mingguan membeberkan terjerembapnya industri di bulan Oktober. "Hampir semua pasar berharap suplai minyak akan mengetat dalam beberapa bulan ke depan," kata Victor Shum, senior principal Purvin & Gertz Inc. di Singapore. Ia menambahkan, "OPEC telah membicarakan tentang pemangkasan produksi untuk yang kedua kalinya, dan sekarang tengah meyakinkan negara-negara non-OPEC termasuk Rusia untuk bergabung dalam aksi ini."Minyak mentah untuk pengiriman bulan Desember 2008 naik 73 sen, atau 1,1% menjadi US$ 68,54 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX), pada pukul 10.49 waktu Singapura. Minyak telah melorot dari rekor tertingginya US$ 147,27 per barel pada 11 Juli 2008 lalu, dan amblas 27% setahun terakhir ini.  OPEC menyuplai lebih dari 40% kebutuhan minyak mentah dunia, berencana untuk bertemu kembali pada 17 Desember 2008 di Algeria. OPEC telah sepakat untuk memangkas produksinya sebanyak 1,5 juta barel per hari sesuai dengan pertemuannya di Vienna Oktober lalu. Menurut Gareth Lewis-Davies, analis Dresdner Kleinwort Group Ltd. mengatakan dalam laporannya pada Jumat (31/10) kemarin, OPEC bermaksud untuk mempertahankan harga tetapnya di angka US$ 80 per barel dengan mengumumkan pemangkasan kembali yang nantinya baru akan mulai berdampak tahun 2009. Produksi di Rusia, eksportir kedua terbesar di dunia, anjlok untuk yang kesepuluh kalinya di bulan Oktober seiring dengan produksi di ladang lama yang menciut lebih cepat. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Energi Rusia, kemarin.  Sedangkan Menteri Perminyakan Iran Gholamhossein Nozari mengatakan, penjualan minyak Iran kepada Total SA, perusahaan minyak ketiga di Eropa, akan berkurang 70 ribu barel per hari sejalan dengan kesepakatan pemangkasan produksi oleh OPEC. Minyak turun 33% bulan lalu sebagai tanda melambatnya perekonomian di AS maupun Eropa yang menjalar ke pasar negara-negara berkembang (emerging market); sehingga mengendalikan konsumsi bahan bakar. Penurunan harga minyak yang paling drastis sebelumnya terekam pada Februari 1986, tergelincir hingga US$ 13,26 per barel. Sekadar catatan saja, minyak mulai diperdagangkan di NYMEX sejak 30 Maret 1983.

Editor: