KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Fed menahan suku bunga acuannya pada FOMC awal tahun ini. Meski begitu, penguatan dolar indeks dinilai bersifat temporer. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, awalnya investor melihat the Fed cenderung lebih tidak dovish, terutama setelah kalimat terkait progres dari disinflasi dicabut. Hal ini kemudian mendorong penguatan dolar Amerika Serikat (AS) sesaat. Namun, pergerakan dolar AS kembali pulih pasca klarifikasi dari Powell pada saat konferensi pers.
Secara umum, pasca pengumuman FOMC, pergerakan dolar AS tidak terlalu signifikan, terutama sejalan dengan nada dari the Fed yang cenderung serupa dengan rapat pada bulan Desember lalu. Baca Juga: Faktor Eksternal Mendominasi, Rupiah Diprediksi Lanjut Melemah pada Jumat (31/1) "Terbatasnya dampak dari FOMC ini juga diperkirakan berlanjut pada sesi Asia, dan berdampak temporer saja pada pergerakan rupiah," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (30/1). Meski begitu, Josua tak menampik bahwa pergerakan rupiah diperkirakan masih akan tertekan oleh risiko ketidakpastian global pada semester I. Utamanya, dari kekhawatiran terkait dengan kebijakan Trump dalam hal imigrasi, perdagangan, serta anggaran. "Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 16.200 - Rp 16.600 per dolar AS sepanjang semester I-2025," sebut Josua. Di sisi lain, meskipun pasca inaugurasi nada dari Trump terkait tarif cenderung melunak terutama terhadap China, namun ia masih melihat risiko ketidakpastian yang masih tinggi. Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.260 Per Dolar AS Hari Ini (30/1), Terdalam di Asia Beberapa kebijakan imigrasi masih berpotensi mendorong tekanan lebih lanjut dari pasar tenaga kerja, sementara arah dari kebijakan Trump masih berfokus pada tarif, meskipun tidak seagresif sebelumnya.