Suku Bunga The Fed Dipangkas, Kripto dan Saham AS Diprediksi Makin Ngegas



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemangkasan suku bunga acuan meningkatkan pamor aset berisiko seperti kripto dan saham. Suku bunga rendah mendorong investor lebih berani seiring prospek ekonomi yang lebih cerah.

Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, penurunan suku bunga The Fed dapat dikatakan sebagai salah satu momentum yang cukup dinantikan investor di tahun ini. Peristiwa tersebut menjadi awal dari tren kebijakan ekonomi yang lebih longgar untuk menunjang pertumbuhan, setelah inflasi relatif berhasil ditekan.

Pasca penurunan suku bunga The Fed, korelasi pergerakan harga aset kripto dan saham perusahaan-perusahaan AS bahkan sempat berada pada salah satu level tertingginya. Perkembangan tersebut menunjukkan tren positif yang sama-sama terjadi pada dua kelas aset tersebut saat ini.


"Perubahan arah kebijakan The Fed sejauh ini telah terlihat mampu memberikan angin segar bagi instrumen investasi high risk seperti saham dan aset kripto," kata Fahmi dalam siaran pers, Jumat (27/9).

Baca Juga: Semakin Banyak Miliarder yang Menjual Saham Nvidia dan Membeli Mata Uang Kripto Ini

Pemotongan suku bunga bank sentral AS pada (18/9) lalu telah berdampak bagi apresiasi Bitcoin (BTC) hingga ke level US$62.000 atau setara Rp 954 juta. Saham-saham di AS juga terpantau naik tercermin dari indeks Dow untuk pertama kalinya melampaui level 42.000, serta S&P 500 yang mencatat All-Time-High (ATH).

Adapun berdasarkan data Coinmarketcap, Jumat (27/9) pukul 21.30 WIB, harga Bitcoin kini berada di level US$66.340, naik 5% dalam tujuh hari terakhir. Ethereum (ETH), Solana (SOL), XRP, hingga Dogecoin juga terpantau menghijau.

Fahmi menuturkan, suku bunga AS yang lebih rendah berpotensi menjadi pemicu meningkatnya likuiditas, baik di pasar saham AS maupun pasar kripto. Tidak sedikit bank sentral di negara-negara lain yang mungkin akan turut memanfaatkan momentum tersebut untuk menurunkan suku bunga acuan guna menunjang pertumbuhan ekonomi.

Mengenai bunga simpanan yang lebih rendah di berbagai negara, selain dapat memicu investor untuk mencari instrumen yang menawarkan potensi return lebih tinggi, juga dapat memicu investor untuk mengesampingkan uang fiat dan menggantinya dengan instrumen yang dapat menjadi inflation hedge.

Baca Juga: Pendiri Binance Changpeng Zhao Bebas dari Penjara pada Hari Jumat

Hal ini karena suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan jumlah uang yang beredar di ekonomi sehingga menurunkan nilai dari uang yang beredar. Dengan demikian, aset kripto seperti Bitcoin, dengan segala kelebihannya, dapat menjadi instrumen yang semakin banyak diperhatikan di tengah situasi yang ada.

"Saham dengan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dari inflasi juga tidak kalah menarik untuk beberapa tipe investor,” jelas Fahmi.

Saat ini, optimisme terkait berlanjutnya kebijakan penurunan suku bunga AS ke depan juga relatif tinggi. Bank Indonesia (BI) misalnya, turut diproyeksikan untuk kembali melakukan penurunan suku bunga sebanyak dua kali di sisa tahun ini setelah penurunan yang dilakukan 18 September lalu.

“Outlook kebijakan moneter yang ada sejalan dengan tren yang terjadi di pasar kripto pasca Bitcoin halving, di mana fase bullish yang cukup kuat biasanya tercipta dan tidak jarang membawa kenaikan nilai yang signifikan pada aset-aset kripto populer dengan naratif yang solid,” pungkas Fahmi.

Selanjutnya: PGN Perkuat Pemenuhan Pasokan Untuk Sektor Kelistrikan

Menarik Dibaca: Dukung Entrepreneur di Era Digital, Bank Saqu Hadir di IdeaFest 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati