KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, sejumlah harga komoditas seperti minyak, gas alam, hingga batubara mengalami tren penurunan. Melansir Trading Economics, harga minyak WTI berada di level US$ 67,67 per barel atau turun 2,14% pada Jumat (6/9). Dalam sepekan, harga minyak WTI turun hingga 8%. Kemudian harga minyak Brent berada pada level US$ 71,06 per barel. Angka itu turun 2,24% dalam sehari dan turun 7,63% dalam seminggu.
Harga gas alam pekan ini ditutup US$ 2.275 per MMBtu, naik tipis 0,93% dalam sehari. Harg gas masih melonjak naik 6,96% dalam sepekan. Selanjutnya harga batubara berada pada level US$ 141.50 per ton atau naik 0,35% dalam sehari. Tetapi harga batubara turun 1,56% dalam sepekan.
Baca Juga: Kementerian ESDM Pangkas Harga ICP Agustus Jadi US$ 78,51 Per Barel Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, tertekannya harga komoditas secara umum disebabkan penundaan pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Awalnya, pemotongan Fed Fund Rate diperkirakan terjadi pada Maret namun terus mundur hingga kemungkinan pada September 2024. Selain itu data ekonomi China yang mengecewakan alias lebih lemah dari perkiraan turut memberi tekanan signifikan terhadap harga komoditas. Sehingga walaupun tekanan dari kebijakan The Fed sedikit mereda, dampak dari China masih bergantung pada kemungkinan pemberian stimulus ekonomi tambahan. "Apabila stimulus ini terjadi, maka bisa mendukung kenaikan harga komoditas secara umum," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (8/9). Sementara itu dari sisi pasokan dan permintaan, Lukman berujar, komoditas seperti minyak sawit mentah (CPO), gas alam, batubara, dan minyak mentah masih cenderung mengalami kelebihan pasokan.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Anjlok 2%, Terseret Data Pekerjaan AS Untuk CPO, tidak banyak perubahan yang diharapkan dalam hal pasokan dan permintaan, sehingga harga diperkirakan akan tetap stagnan di kisaran RM 3.800-RM 4.000 per ton. Lukman memberi catatan jika China mengumumkan stimulus ekonomi besar, maka harga CPO bisa menyentuh RM 4.000 per ton. Untuk minyak mentah, Lukman memperkirakan harganya berkisar di US$ 70 per barel jika OPEC membatalkan rencana peningkatan produksi. Namun, jika OPEC tetap meningkatkan produksi, harga minyak mentah bisa turun ke kisaran US$ 55-US$ 60 per barel.
Sementara gas alam masih dihadapkan pada pasokan yang melimpah. Di sisi lain cuaca panas yang ekstrem yang mendukung harga gas alam belakangan. Kemudian apabila musim dingin mendatang lebih dingin dari biasanya, harga gas alam bisa naik hingga US$ 3 per MMBtu. Namun apabila skenario itu tidak terjadi maka harga gas alam akan tetap di kisaran US$ 2,7 per MMBtu. Selanjutnya untuk komoditas batubara, Lukman melihat bahwa investor masih mencermati sejauh apa potensi dampak La Nina di Australia. "Apabila terjadi banjir besar, harga batubara bisa naik tinggi. Namun, jika yang terjadi sebaliknya maka harga diperkirakan akan terkonsolidasi di kisaran US$ 125-US$ 135 per ton," pungkas Lukman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati