Suku bunga turun, Pefindo kebanjiran order mandat



JAKARTA. Penurunan tingkat suku bunga menguntungkan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Sebab, korporasi kembali bergairah menerbitkan surat utang. Ini nampak dari mandat penerbitan surat utang yang diterima Pefindo.

Hendro Utomo, Senior Vice President Division Head Financial Institution Ratings PT Pefindo bilang, dengan pemangkasan BI rate 25 basis poin ongkos perusahaan menerbitkan surat utang jadi lebih murah. "Mandat yang kami terima per 11 Februari 2016 dan belum listing Rp 17,32 triliun. Kami memperkirakan akan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester I-2016," kata Hendro, Selasa (16/2). Mandat tersebut berasal dari 16 perusahaan.

Yang terdiri dari empat perusahaan sektor perbankan dengan total emisi Rp 7,54 triliun. Satu perusahaan teknologi informasi (IT) dengan nilai Rp 100 miliar. Lalu, enam perusahaan pembiayaan dengan nilai emisi Rp 7,2 triliun, empat perusahaan properti Rp 1,98 triliun, dan satu perusahaan perkebunan dengan nilai emisi Rp 500 miliar.


Hendro menambahkan, mandat senilai Rp 17,32 triliun ini setara 26% target mandat sepanjang tahun ini sebesar Rp 66 triliun. Target tersebut lebih besar dari realisasi mandat Pefindo pada 2015 sebesar Rp 55,4 triliun. Tahun lalu, Pefindo menangani rating obligasi, surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) dan sekuritisasi.

Selama Januari 2016, total emisi surat utang yang diganjar rating Pefindo dan telah dicatatkan di BEI baru Rp 990 miliar. Jumlah tersebut terdiri atas dua perusahaan di sektor perbankan dengan emisi Rp 850 miliar. Dua perusahaan lainnya dari sektor properti dengan emisi Rp 140 miliar.

Tahun ini, Pefindo mencatat Rp 48 triliun surat utang yang akan jatuh tempo. Jumlah tersebut mencerminkan nilai emisi untuk membayar utang (refinancing). Hendro bilang, dari total emisi obligasi yang jatuh tempo tersebut didominasi sektor keuangan dan pembiayaan.

Berdasarkan sektor, Niken Indriasih, analis Pefindo menilai, sektor komoditas masih memiliki kinerja buruk sebab tren harga komoditas yang melemah. Begitu juga properti karena penjualan (marketing sales) yang terus menurun.

Karena itu, Pefindo berencana menurunkan peringkat kedua sektor tersebut. Sementara itu, sektor konsumer dan telekomunikasi dinilai masih stabil karena permintaan yang tetap ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia