Suku bunga turun, pertumbuhan ekonomi diramal tetap melambat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas BI 7-day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Ini adalah pemangkasan pertama pada 2019. BI 7-DRR berada di level 6% sepanjang tahun ini.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, stimulus moneter ini berguna untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sampai dengan akhir 2019, Perry meyakini pertumbuhan ekonomi di level titik tengah 5,0%-5,4%. “Harapan kami berada di level tengah berarti 5,2% batas atas,” kata Perry usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (18/7).

Prediksi tersebut lebih rendah dari prediksi awal tahun yang mematok pertumbuhan 5,3%. Ekonom Maybank Luthfi Ridho menilai, pertumbuhan ekonomi melemah lantaran prediksi kinerja ekspor yang melempem sampai akhir 2019.


Apalagi harga komoditas andalan Indonesia batubara dan crude palm oil (CPO) terpantau melemah. Sepanjang semester I, harga minyak sawit dalam Malaysian Derivative Exchange terkoreksi 18,7%. Sementara harga batubara Newcastle di bursa ICE anjlok 42,7%.

Di sisi lain, tekanan global masih jadi momok bagi kinerja ekspor. Pelemahan ekonomi global akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China membuat permintaan global tidak bergairah. Kata Luthfi, Indonesia tidak sendirian. Negara tetangga Singapura sebagai gerbang lalu lintas perdagangan internasional mengalami penurunan ekspor sampai minus 17% di semester I lalu.

Dari internal, memang permintaan konsumsi masyarakat masih cukup positif. Namun konsumsi domestik tidak bisa menutupi terkikisnya permintaan global. “Kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di 5,1% sampai akhir 2019,” kata Luthfi kepada Kontan.co.id, Kamis (18/7).

Ekonom BCA David Sumual mengatakan, pertumbuhan ekonomi domestik akan tetap melambat di level 5,0%. Di paruh kedua tahun ini, puncak konsumsi sudah bukan menjadi jurus pertumbuhan ekonomi lagi, karena momentumnya sudah lewat.

Untuk itu, David bilang langkah pemerintah selanjutnya adalah menggenjot investasi baik saham atau obligasi. Sehingga langkah pemangkasan suku bunga BI dapat menggenjot kinerja investasi yang lebih menggiurkan. “Suku bunga turun 25 bps sudah sesuai ekspektasi, investasi jadi menggiurkan,” kata David kepada Kontan.co.id, Kamis (18/7).

Luthfi menambahkan, dibandingkan dengan negara emerging market lainnya, yield obligasi Indonesia masih lebih unggul. Sehingga investor asing kembali akan tergiur.

Di samping itu, mereka melihat bahwa insentif moneter tersebut akan bertabrakan dengan sejumlah sentimen. Dari eksternal tensi perang dagang AS dan China bisa menggoyangkan gairah investasi.

Sementara, dari internal masih menunggu arah kebijakan pemerintah dalam lima tahun ke depan. Artinya sampai dengan pelantikan presiden dan wakil presiden Oktober nanti, pasar cenderung wait and see.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati