JAKARTA. Pemerintah kembali menawarkan surat berharga syariah negara (SBSN) berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) atau sukuk global. Kali ini, pemerintah meraup dana US$1,5 miliar. Surat utang yang jatuh tempo 15 Maret 2019 ini memberi imbal hasil 6,125%. "Tingkat imbalan ini lebih rendah 25 basis poin dibanding perkiraan awal di kisaran 6,37%," ujar Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan, Robert Pakpahan, Rabu (11/9). Sebagai perbandingan, US Treasury bertenor 5 tahun, kemarin, memberikan imbal hasil 1,73%. Sedangkan obligasi global Indonesia yang jatuh tempo Maret 2019, memiliki imbal hasil 5,33% di pasar sekunder.
Robert mengatakan, total permintaan yang masuk pada sukuk global ini mencapai US$ 5,7 miliar dari 300 investor. Penerbitan sukuk global yang keempat ini merupakan penerbitan terbesar oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2009
(lihat tabel). Sukuk global ini akan diterbitkan oleh Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia lll dan setelmen akan dilaksanakan pada 17 September 2013. Sukuk global akan dicatatkan di Bursa Singapura. Analis obligasi NC Securities I Made Adi Saputra mengatakan, kupon sukuk global tersebut cukup tinggi dibanding penerbitan sebelumnya. Juli 2013 lalu, pemerintah menawarkan kupon 5,45% untuk obligasi global konvensional bertenor 10 tahun. "Saya melihat kondisi pasar dan faktor domestik turut mempengaruhi tingginya kupon yang diminta investor," ujar Made. Menurut Made, pemilihan waktu penerbitan sukuk global kurang tepat. Saat ini, investor global cenderung mengurangi portofolio di
emerging market seiring rencana Bank Sentral Amerika Serikat mengurangi stimulus.
Dari faktor domestik, risiko ekonomi Indonesia meningkat lantaran defisit neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Menurut Made, defisit neraca perdagangan akan menggerus cadangan devisa untuk membayar barang impor. Di saat bersamaan, terjadi
capital outflow dari pasar modal yang menyebabkan kebutuhan dollar AS investor asing yang keluar dari pasar domestik meningkat. Ini semakin menggerus cadangan devisa. Di sisi lain, kebutuhan pendanaan pemerintah masih tinggi guna menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara. Alhasil, pemerintah menerbitkan sukuk global dengan kupon tinggi. Herdi Ranu Wibowo,
Head of Fixed Income BCA Sekuritas memperkirakan, pemerintah telah mempertimbangkan pemilihan waktu penerbitan sukuk global. Menurut dia, kenaikan imbalan instrumen ini disebabkan oleh naiknya
credit default swap (CDS) Indonesia akibat tertekannya rupiah terhadap dollar AS. "Bisa jadi apabila diterbitkan nanti-nanti, kondisi pasar kedepan justru semakin memburuk," tutur Herdi.
Sukuk Global |
Seri | Penerbitan | Jatuh Tempo | Tenor | Kupon | Nilai (US$ juta) |
SNI14 | 23/04/09 | 23/04/14 | 5 tahun | 8,80% | 650 |
SNI18 | 21/11/11 | 21/11/18 | 7 tahun | 4,00% | 1.000 |
SNI22 | 21/11/12 | 21/11/22 | 10 tahun | 3,30% | 1.000 |
SNI19 | 17/09/13 | 15/03/19 | 5 tahun | 6,13% | 1.500 |
sumber: Ditjen Pengelolaan Utang |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati