JAKARTA. Kepemilikan asing dalam surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk negara masih rendah. Sukuk negara tak terlalu memikat investor asing karena kurang likuid. Data Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan memperlihatkan, porsi asing di sukuk negara per 24 Mei 2016 hanya mencapai Rp 15,42 triliun atau sekitar 6,9% dari total outstanding Rp 223,56 triliun. Namun jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp 8,14 triliun, kepemilikan asing telah melambung 89,43%. Head of Debt Research Danareksa Sekuritas Yudistira Slamet menuturkan, wajar porsi asing dalam sukuk negara masih kecil. Sebab, sukuk negara kurang likuid dibandingkan surat utang negara (SUN) dengan total outstanding Rp 1.391,36 triliun per 24 Mei 2016.
Sukuk negara kurang memikat
JAKARTA. Kepemilikan asing dalam surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk negara masih rendah. Sukuk negara tak terlalu memikat investor asing karena kurang likuid. Data Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan memperlihatkan, porsi asing di sukuk negara per 24 Mei 2016 hanya mencapai Rp 15,42 triliun atau sekitar 6,9% dari total outstanding Rp 223,56 triliun. Namun jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp 8,14 triliun, kepemilikan asing telah melambung 89,43%. Head of Debt Research Danareksa Sekuritas Yudistira Slamet menuturkan, wajar porsi asing dalam sukuk negara masih kecil. Sebab, sukuk negara kurang likuid dibandingkan surat utang negara (SUN) dengan total outstanding Rp 1.391,36 triliun per 24 Mei 2016.