Sukuk negara masih menarik minat asing



JAKARTA. Instrumen surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk negara ternyata masih cukup atraktif di mata investor asing. Merujuk situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 15 Desember 2016, kepemilikan investor asing di SBSN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 8,9 triliun, setara 3,62% dari total outstanding sukuk pemerintah yang tercatat sebesar Rp 245,71 triliun.

Analis memprediksi, kepemilikan asing pada sukuk pemerintah masih bisa membesar.

Analis Capital Asset Management Desmon Silitonga bilang, Desember ini, investor asing cenderung kembali mengakumulasi SBSN. Pasar surat utang dalam negeri memang mulai rebound pasca The Fed mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin jadi 0,5%–0,75% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini.


"Investor memang sudah memfaktorkan hal tersebut, jadi sekarang kelihatan mulai rebound, bahkan dari awal Desember," tuturnya.

Tapi, Desmon menilai, ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi agar kepemilikan asing di SBSN terus menanjak. Di antaranya, inflasi dalam negeri tetap terkendali sesuai target pemerintah di kisaran 4%.

Saat ini, inflasi berpeluang naik akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan harga bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah juga wajib menjaga stabilitas rupiah. Sentimen positif akan bertambah jika Standard & Poor's memberi peringkat investment grade bagi Indonesia tahun depan.

Meski porsi asing berpotensi naik, investor tidak perlu khawatir pasar SBSN jadi rentan terhadap arus keluar dana asing. "Kepemilikan asing tetap masih kecil di SBSN soalnya kurang likuid. Domestik masih akan tetap dominan di sukuk negara," jelas Desmon.

Pindah ke SUN

Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menambahkan, di 2017, kepemilikan asing pada sukuk negara berpotensi tumbuh 5%–10%, didukung membaiknya fundamental dalam negeri.

Tapi, ada beberapa tantangan eksternal yang patut dicermati di 2017, mulai dari rencana The Fed menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali, pemilihan umum Jerman dan Prancis, serta realisasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Berkaca dari tahun ini, investor asing angkat kaki dari sukuk pemerintah menjelang kenaikan suku bunga The Fed di Desember. Pada kuartal III 2016, investor asing mengalihkan dananya dari SBSN ke surat utang negara (SUN).

Maklum, SUN menawarkan fleksibilitas yang lebih tinggi. Di kala pasar bullish, SUN juga menawarkan imbal hasil yang lebih menarik. Per 15 Desember 2016, kepemilikan investor asing di SUN tercatat Rp 658,43 triliun atau mencapai 43,1% dari total outstanding obligasi pemerintah sebesar Rp 1.527,57 triliun.

Desmon memprediksi, yield SUN 10 tahun akan bergulir di kisaran 7%–7,8% pada akhir tahun ini. Sementara tahun depan, analis memprediksi target optimistis yield SUN 10 mencapai 7,2%–7,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie