Sukuk Ritel 002 Jadi Buruan di Pasar Sekunder



JAKARTA. Debut sukuk ritel seri 002 di pasar sekunder sejak Jumat pekan lalu (12/2) cukup mengesankan. Baru dua hari ditransaksikan, harga obligasi bertajuk SR 002 ini mencapai harga tertingginya 100,2. Berarti, naik 0,2% dari harga perdana. Sukuk eceran ini juga paling aktif ditransaksikan di pasar sekunder, di antara surat utang lain terbitan pemerintah.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, SR 002 menduduki peringkat pertama hari ini dengan frekuensi berpindah tangan sebanyak 1.158 kali. Volume transaksinya bertambah Rp 1 triliun dari Jumat pekan lalu, menjadi Rp 9,04 triliun.

Transaksi SR 002 terbilang sangat tinggi jika dibandingkan dengan Obligasi Ritel (ORI) Seri 005, yang jatuh tempo pada tahun yang sama, yaitu tahun 2013. Frekuensi transaksi ORI 005 hanya sebanyak 248 kali dengan volume sebesar Rp 797,85 miliar. Berdasarkan kuotasi harga ORI di Bank Internasional Indonesia (BII), kemarin, harga ORI 005 sebesar 109,55 dengan yield sebesar 8,35%.


"Terlihat ada perburuan SR 002 di pasar sekunder baik oleh institusi dari tangan ritel maupun dari institusi yang memerlukan investasi berbasis syariah," jelas Analis Obligasi Kim Eng Securities, Dian Abdul Hakim.

Normal setelah 3 bulan

Harsya Prasetyo, VP Investment and FX Sales Head Citibank Indonesia, menilai dengan harga dan yield yang tak bergerak jauh dari saat peluncurannya, SR 002 masih sangat menarik bagi investor. "Sayang kalau mereka melepas sekarang ini," ujarnya.

Sedangkan Budi Susanto, Kepala Riset Obligasi Danareksa Sekuritas, menjelaskan transaksi surat utang ritel, baik sukuk maupun ORI, selalu tinggi di pasar sekunder beberapa saat setelah pencatatannya. Ini menggambarkan bahwa investor institusi, yang tidak boleh membeli ORI maupun sukuk ritel di pasar perdana, mulai bergerilya di pasar sekunder.

Dia bilang, siklus tersebut pernah dialami oleh obligasi ritel yang diterbitkan sebelumnya. "Dulu, saat peluncuran SR 001 maupun ORI juga seperti ini. Transaksinya tinggi pada tiga bulan pertama," jelas Budi.

Kebutuhan investor institusi biasanya bisa dipenuhi pada tiga bulan pertama. Pasalnya, pada masa tersebut harga obligasi ritel di pasar sekunderbelum terlalu mahal dan imbal hasil yang ditawarkan sangat menguntungkan. Setelah merasa cukup, mereka berhenti memburu sukuk ritel itu.

Kalau menengok data BEI, surat utang yang banyak diburu di pasar sekunder setelah SR 002 adalah ORI 004. Kemarin, frekuensi transaksi ORI 004 mencapai 768 kali dengan volume Rp 1,43 triliun. Kemudian, disusul FR 0031 yang merupakan surat utang negara (SUN) seri benchmark untuk tenor lima tahun. Frekuensi transaksinya 552 kali dan volume Rp 13,34 triliun.

Dian melihat, frekuensi dan volume transaksi obligasi milik pemerintah ini akan mengacu perkembangan ekonomi global. "Pelaku pasar masih berpeluang mendapatkan keuntungan dari transaksi SUN," ujarnya. Sebaiknya, investor memilih surat utang yang aktif diperdagangkan. Investor juga bisa memburu surat utang jangka menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test