JAKARTA. Surat berharga syariah negara alias sukuk khusus ritel seri SR-007 laku keras. Lima hari ditawarkan, total pemesanan yang masuk sudah 85,75% dari target penerbitan senilai Rp 20 triliun. Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementrian Keuangan Suminto mengatakan, total pemesanan sejak Senin (23/2) hingga Jumat (27/2) sudah mencapai Rp 17,15 triliun. Adapun, jumlah investor sebanyak 24.755 orang. Padahal, masa penawaran SR-007 baru akan berakhir 6 Maret 2015. Investor bisa mengoleksi SR007 dengan minimal pembelian Rp 5 juta, sedangkan pembelian maksimal Rp 5 miliar. Sejumlah agen penjual mengaku sudah kebanjiran permintaan. PT Bank Mandiri Tbk semisal, telah menjual habis jatahnya yang sebesar Rp 1,2 triliun. "Saat ini kami kelebihan permintaan sebesar Rp 450 miliar dari target," kata Elina Wirjakusuma, Senior Vice President Wealth Management Group Bank Mandiri, Jumat (27/2).
Menurut Elina, SR-007 diminati nasabah Bank Mandiri lantaran kuponnya menarik. "Kami berencana mengajukan tambahan kuota kepada pemerintah," tuturnya. Kepala Divisi Wealth Management PT Bank Tabungan Negara Tbk Dewi Fitrianingrum mengaku, BTN telah mengantongi pemesanan sekitar Rp 650 miliar. Tahun ini, perseroan ini menaikkan target penjualan sukuk ritel menjadi dua kali lipat dari tahun lalu. Pada 2014, BTN membidik penjualan sukuk ritel sebesar Rp 350 miliar. Kata Dewi, kenaikan target mempertimbangkan potensi nasabah dari 820 kantor BTN di seluruh Indonesia. "Juga memanfaatkan 34 outlet BTN prioritas," ujarnya. Tak heran, Suminto optimistis, target indikatif penerbitan SR-007 bakal tercapai tahun ini. Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan Robert Pakpahan bilang, tak menutup peluang menambah nilai emisi apabila permintaan jauh melampaui target indikatif. Dominasi investor kakap Menilik total pemesanan dan jumlah investor yang sudah masuk, rata-rata investasi di SR-007 masih relatif gendut. Nilai investasi per individu sekitar Rp 692 juta. Suminto mengakui, sejumlah investor khawatir tidak mendapatkan jatah karena kalah saing dengan investor kakap. Supaya kebagian, ia menyarankan investor mencari agen penjual seperti perbankan yang porsi nasabah prioritasnya sedikit. "Misalnya, perbankan syariah," katanya.