JAKARTA. Pengamat politik Ray Rangkuti menilai Presiden Joko Widodo berada dalam situasi sulit dalam meramu kabinet yang ideal. Ia memaklumi jika sampai saat ini Jokowi belum dapat memutuskan menteri-menteri yang akan membantu pekerjaannya. "Lebih lambat kalau lebih baik ya lebih bagus, daripada cepat tapi tidak maksimal. Memang dalam kondisi sekarang sulit bagi Jokowi untuk membentuk kabinet," ujar Ray dalam sebuah diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (23/10) siang. Ray mengatakan, ada ekspektasi besar dari publik terhadap Jokowi-JK akan terbentuknya kabinet dengan menteri-menteri yang ideal. Ideal yang dimaksud adalah bebas dari rekam jejak korupsi, bebas dari latar belakang kepentingan usaha tertentu atau mafia, bukan pelanggar hak asasi manusia, serta bukan berlatar belakang Orde Baru.
Di sisi lain, kata Ray, Jokowi telah berhadapan dengan enam sumber yang memasok calon-calon menterinya. Sumber itu adalah PDI Perjuangan, partai koalisi, masukan dari Komisi Pemberantasan Korupsi serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Tim Transisi, masukan dari komunitas sosial, serta Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurut Ray, beberapa calon menteri dari sumber-sumber tersebut bisa jadi merupakan koruptor, mafia, pelanggar HAM, dan kalangan Orde Baru. Hal ini menyebabkan Jokowi mengalami tarik-menarik kepentingan dalam hal pembentukan kabinet. "Ibaratnya, kelompok kepentingan koruptor, mafia dan sebagainya sudah tinggal selangkah lagi masuk kabinet. Kelompok kepentingan yang tak ingin mereka masuk juga tinggal satu langkah lagi masuk kabinet. Bertabrakanlah keduanya itu di hadapan presiden," ujar Ray.