JAKARTA. Dalam beberapa pekan terakhir, harga komoditas karet alam menunjukkan penurunan. Pada Kamis (29/1), harga karet di bursa komoditas Tokyo tertekan 0,79% ke 200,70 yen atau Rp 21.348 per kilogram. Komoditas ini bergerak pada kisaran 198,10 sampai 202,60 yen per kilogram. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Daud Husni Bastari mengatakan, tren penurunan harga karet alam saat ini tak terlepas dari turunnya harga minyak bumi. Sebab, karet sintetis terbuat dari minyak hasil sampingan industri kimia ikut turun sejalan dengan rontoknya harga minyak. "Salah satu barometer harga karet alam dan karet sintesis adalah harga minyak bumi," ujar Daud kepada KONTAN, Kamis (29/1). Daud mengatakan penurunan harga karet juga dipengaruhi meningkatnya suplai karet dari negara-negara penghasil karet seperti Kamboja, Laos dan Myanmar. Suplai karet yang meningkat tidak sebanding dengan permintaan yang tetap. Apalagi saat ini, kondisi ekonomi dunia seperti Jepang, China, dan Eropa yang menjadi salah satu tujuan ekspor karet cukup berat.
Sulit diprediksi kapan harga karet kembali naik
JAKARTA. Dalam beberapa pekan terakhir, harga komoditas karet alam menunjukkan penurunan. Pada Kamis (29/1), harga karet di bursa komoditas Tokyo tertekan 0,79% ke 200,70 yen atau Rp 21.348 per kilogram. Komoditas ini bergerak pada kisaran 198,10 sampai 202,60 yen per kilogram. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Daud Husni Bastari mengatakan, tren penurunan harga karet alam saat ini tak terlepas dari turunnya harga minyak bumi. Sebab, karet sintetis terbuat dari minyak hasil sampingan industri kimia ikut turun sejalan dengan rontoknya harga minyak. "Salah satu barometer harga karet alam dan karet sintesis adalah harga minyak bumi," ujar Daud kepada KONTAN, Kamis (29/1). Daud mengatakan penurunan harga karet juga dipengaruhi meningkatnya suplai karet dari negara-negara penghasil karet seperti Kamboja, Laos dan Myanmar. Suplai karet yang meningkat tidak sebanding dengan permintaan yang tetap. Apalagi saat ini, kondisi ekonomi dunia seperti Jepang, China, dan Eropa yang menjadi salah satu tujuan ekspor karet cukup berat.