Sulit Diprediksi, Sri Mulyani Tantang 100 Ekonom Proyeksi Harga Minyak di 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah belum selesai menetapkan besaran subsidi untuk tahun depan. Bahkan, anggaran subsidi energi untuk tahun 2023 masih dalam pembahasan bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, anggaran subsidi di tahun depan angkanya masih lebih dari Rp 340 triliun dengan asumsi harga minyak yang berada pada kisaran US$ 90 per barel. Namun, asumsi tersebut masih belum dapat dijadikan patokan mengingat adanya ketidakpastian dari harga minyak gobal di tahun depan.

Oleh karena itu, Sri Mulyani menantang 100 ekonom untuk melakukan perhitungan mengenai proyeksi harga minyak mentah dunia di tahun depan untuk pemerintah.


"Tentu kita juga melihat ketidakpastian mengenai outlook dari harga minyak. Coba saya tanya 100 ekonom yang berkumpul dalam Saresahan ini, saya mau tanya proyeksi minyak Anda tahun depan seperti apa? Cara ngitungnya gimana? Saya ingin tau saja," ujar Sri Mulyani dalam Sarasehan 100 Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (7/9).

Untuk di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sendiri, Sri Mulyani bilang, perhitungan harga minyak di tahun depan dengan menggunakan data dari lembaga yang memang otoritatif di bidang minyak, seperti International Energy Agency (IEA) hingga konsensus.

Baca Juga: Sri Mulyani Waspadai Dua Faktor yang Bisa Pengaruhi Harga Minyak Tahun Depan

Sri Mulyani menambahkan, ada dua faktor yang akan sangat dominan dalam mempengaruhi harga minyak mentah, termasuk harga komoditas di tahun depan.  Pertama, potensi resesi di tahun depan.

Apabila negara-negara maju masuk ke jurang resesi, maka pasti permintaan terhadap minyak akan menurun sehingga kenaikan harga minyak diperkirakan juga dapat tertahan atau tidak lagi mencapai di atas US$ 100 dolar per barel.

Kedua, adalah perang geopolitik Rusia-Ukraina  yang juga membuat harga minyak global masih akan tidak menentu.

"Dan selama perang terjadi, disruption dari sisi supply karena Rusia itu di embargo dan meskipun kemarin kita juga denganr AS waktu pertemuan G20 Janet Yellen akan membuat price cap dan sekarang diadopsi oleh G7," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari