Sulit mematok harga daging sapi Rp 80.000 per kg



JAKARTA. Keinginan Presiden Joko Widodo harga daging sapi saat Lebaran sebesar Rp 80.000 per kilogram (kg) dinilai sulit direalisasikan. Pasalnya, harga tersebut masih jauh di bawah harga produksi.

Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI)  Asnawi mengatakan harga daging sapi di pasaran tidak akan bisa turun sejauh itu meskipun pemerintah melakukan operasi pasar dengan daging sapi impor yang akan didatangkan.

Menurutnya, harga pokok produksi (HPP) pedagang saat ini saja sudah berkisar Rp 109-Rp 110 ribu. Tingginya HPP tersebut dipengaruhi nilai tukar rupiah yang sempat melemah di level Rp 14 ribu per dolar AS pada awal tahun. Asnawi mengatakan, daging sapi yang ada saat ini merupakan daging yang didatangkan dari impor pada periode Januari-Februari. Saat itu pengimpor daging membeli sapi dari Australia senilai US$ 3,15 dolar per kg dengan kurs Rp 14 ribu per dolar AS.


Kemudian, harga daging karkas atau yang telah disembelih di tempat jagal berkisar Rp 87 ribu-Rp 88 ribu. Sedangkan di eceran HPP sudah menjadi Rp 110 ribu. "Kami menjualnya di harga Rp 115 ribu-Rp 120 ribu. Jadi, kalau bicara harga pasar, tidak rasional bisa menyentuh angka Rp 80 ribu per kg,” ujarnya, Jumat (3/6).

Hal senada diungkapkan Direktur INDEF Enny Sri Hartati. Menurutnya, kebijakan harga harusnya didasarkan pada biaya produksi daging sapi lokal, bukan pada impor daging beku yang belum jelas kualitasnya.

“Peternak lokal jelas akan rugi, dan lebih baik menjual sekarang saja. Nanti pas puasa dan Lebaran daging tidak ada di pasaran, dan siapa yang diuntungkan kalau begini, tentu mereka-mereka yang punya akses impor daging,” katanya.

Enny mengatakan, lebih dari 6 juta peternak dengan lebih dari 15 juta sapi akan menanggung potensi kerugian sekitar Rp 70 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan