Berbekal pengalaman menjaga toko selama enam tahun di Glodok, Sumadi berhasil mengembangkan PT Grokindo. Perusahaan pemasok beberapa bahan baku untuk beberapa produsen ini meraih omzet hampir Rp 4 miliar per bulan.Meniti bisnis dari bawah butuh kesabaran. Pernah menjadi penjaga toko dan juru jual, Sumadi kini sukses sebagai pemilik PT Grokindo yang memasok beberapa bahan baku untuk perusahaan-perusahaan besar. Kunci suksesnya adalah menjaga komitmen dan kepercayaan pada pelanggan dan pemasoknya. Sekilas, usaha Sumadi terlihat sederhana: bengkel perawatan mobil Car Spa di Jelambar, Jakarta Barat. Di luar itu, ia juga memasok pelbagai produk seperti oli mesin, minyak rem, karpet mobil, abrasive, paint finishing system, hand tools, cordless tools, chemical, refrigerant, sealant, dan tape ke beberapa perusahaan, seperti Sika, Henkel, 3M, BASF, Shell Oil, NPC Grease, dan Hazet. Selain beberapa produsen itu, Sumadi juga menjadi pemasok tetap bagi beberapa produsen otomotif seperti Mercedes-Benz Indonesia, Astra Daihatsu Motor, dan Nissan Motor Indonesia. Dari bisnis ini, omzet rata-rata tiap bulan bisa mencapai Rp 4 miliar.Jerih payah Sumadi bukan dibangun dalam semalam. Anak penjaga gudang ini tidak pernah berangan-angan jadi pebisnis. Meski bercita-cita masuk perguruan tinggi, kondisi ekonomi keluarga membuat anak kelima dari enam bersaudara ini hanya mampu bersekolah sampai SMA. Setelah itu ia bekerja serabutan selama dua tahun buat menyambung hidup. Kerja berikutnya sebagai penjaga di satu toko ke toko lain di Pasar Glodok, Jakarta Barat, menjadi modal berharga bagi Sumadi. Selama enam tahun bekerja di sana, ia belajar banyak peralatan teknik. Sebagian besar toko itu menjual barang yang terkait dengan otomotif, seperti oli dan minyak rem, serta kebutuhan lain. “Saya mempelajari barang apa saja di toko,” ungkapnya. Setelah merasa jenuh bekerja sebagai penjaga toko, pada tahun 1998, pria kelahiran 7 Juli 1974 ini lantas melamar di perusahaan perdagangan peralatan teknik bernama Gronik. Sumadi menjadi tenaga penjual peralatan industri kendaraan. Berbekal pengalaman di lapangan, Sumadi cukup mumpuni menjelaskan dan mengenalkan produk dagangan Gronik. Setelah lima tahun kerja di Gronik, ia menjadi salah satu orang kepercayaan pemilik perusahaan itu. Bahkan sang bos mengajak Sumadi mendirikan perusahaan baru. “Ini upah atas loyalitas saya,” akunya. Sumadi tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Pada tahun 2004, bersama bos dan dua rekan lain, Sumadi mulai mengelola perusahaan baru bernama Grokindo. Modal awal usaha patungan itu sebesar Rp 350 juta. “Setoran modal saya nol karena saya tidak punya apa-apa. Tapi saya menjadi pengelola sekaligus karyawan bagian penjualan di sana,” ungkapnya. Bisnis utama Grokindo dan Gronik sebenarnya sama, menjual beberapa produk. Agar lebih fokus, Sumadi keluar dari Gronik untuk mengembangkan Grokindo. Maklum, para pemegang saham membebankan target yang tidak gampang tercapai. “Begitu buka, kami harus untung tiap bulan,” tandasnya.Sebagai pengelola perusahaan, Sumadi menjawab kepercayaan besar itu dengan sungguh-sungguh. Meski hanya memiliki satu tenaga penjual, ia tetap bisa memenuhi target penjualan. Setiap keuntungan yang diraih dipakai untuk menambah modal bisnis. Alhasil, Grokindo justru semakin besar. Bahkan, perusahaan ini bisa memiliki kantor sendiri. Bangkit dari kebakaranSumadi mengaku, kesuksesan mengelola bisnis ini tidak lepas dari kinerja karyawannya. “Baik saya dan karyawan tidak bisa bekerja sendiri. Saya butuh karyawan, mereka juga butuh saya. Jadi, kami saling membutuhkan,” ungkapnya.Setelah beberapa tahun, dua pemegang saham memutuskan keluar dan sahamnya dibeli oleh Sumadi. Alhasil, sampai saat ini sebagian besar saham Grokindo dimiliki oleh Sumadi, dan sebagian kecil lain oleh mantan bosnya. “Pemegang saham lain membuat saya hati-hati berbisnis,” ujarnya.Meski begitu, bisnis Sumadi tidak selalu berjalan mulus. Pada 29 November 2010, satu genset di bengkel meledak dan membakar sebagian besar bengkel sekaligus kantor di Jelambar. Kerugiannya bisa mencapai Rp 1,5 miliar. Meski sempat mengungsi selama sebulan, Sumadi tetap berkomitmen terhadap pelanggan dan pemasok. “Walau Grokindo benar-benar jatuh, tak ada pelanggan kabur,” kata dia. Karena masih memiliki hubungan baik dan mendapat kepercayaan dari rekan bisnis, Sumadi berhasil membangun kembali Grokindo. Kini, perusahaan ini jadi referensi bagi produsen luar negeri yang ingin memasok alat teknik ke dalam pasar Indonesia. Ke depan, Sumadi ingin menjadi distributor peralatan pabrik kendaraan di Malaysia dan Thailand. Ia juga berencana merambah bidang otomatisasi alat pasang baut ban. “Kami mengarah ke bisnis peralatan mesin,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumadi, penjaga toko yang berhasil jadi pemasok pabrik mobil
Berbekal pengalaman menjaga toko selama enam tahun di Glodok, Sumadi berhasil mengembangkan PT Grokindo. Perusahaan pemasok beberapa bahan baku untuk beberapa produsen ini meraih omzet hampir Rp 4 miliar per bulan.Meniti bisnis dari bawah butuh kesabaran. Pernah menjadi penjaga toko dan juru jual, Sumadi kini sukses sebagai pemilik PT Grokindo yang memasok beberapa bahan baku untuk perusahaan-perusahaan besar. Kunci suksesnya adalah menjaga komitmen dan kepercayaan pada pelanggan dan pemasoknya. Sekilas, usaha Sumadi terlihat sederhana: bengkel perawatan mobil Car Spa di Jelambar, Jakarta Barat. Di luar itu, ia juga memasok pelbagai produk seperti oli mesin, minyak rem, karpet mobil, abrasive, paint finishing system, hand tools, cordless tools, chemical, refrigerant, sealant, dan tape ke beberapa perusahaan, seperti Sika, Henkel, 3M, BASF, Shell Oil, NPC Grease, dan Hazet. Selain beberapa produsen itu, Sumadi juga menjadi pemasok tetap bagi beberapa produsen otomotif seperti Mercedes-Benz Indonesia, Astra Daihatsu Motor, dan Nissan Motor Indonesia. Dari bisnis ini, omzet rata-rata tiap bulan bisa mencapai Rp 4 miliar.Jerih payah Sumadi bukan dibangun dalam semalam. Anak penjaga gudang ini tidak pernah berangan-angan jadi pebisnis. Meski bercita-cita masuk perguruan tinggi, kondisi ekonomi keluarga membuat anak kelima dari enam bersaudara ini hanya mampu bersekolah sampai SMA. Setelah itu ia bekerja serabutan selama dua tahun buat menyambung hidup. Kerja berikutnya sebagai penjaga di satu toko ke toko lain di Pasar Glodok, Jakarta Barat, menjadi modal berharga bagi Sumadi. Selama enam tahun bekerja di sana, ia belajar banyak peralatan teknik. Sebagian besar toko itu menjual barang yang terkait dengan otomotif, seperti oli dan minyak rem, serta kebutuhan lain. “Saya mempelajari barang apa saja di toko,” ungkapnya. Setelah merasa jenuh bekerja sebagai penjaga toko, pada tahun 1998, pria kelahiran 7 Juli 1974 ini lantas melamar di perusahaan perdagangan peralatan teknik bernama Gronik. Sumadi menjadi tenaga penjual peralatan industri kendaraan. Berbekal pengalaman di lapangan, Sumadi cukup mumpuni menjelaskan dan mengenalkan produk dagangan Gronik. Setelah lima tahun kerja di Gronik, ia menjadi salah satu orang kepercayaan pemilik perusahaan itu. Bahkan sang bos mengajak Sumadi mendirikan perusahaan baru. “Ini upah atas loyalitas saya,” akunya. Sumadi tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Pada tahun 2004, bersama bos dan dua rekan lain, Sumadi mulai mengelola perusahaan baru bernama Grokindo. Modal awal usaha patungan itu sebesar Rp 350 juta. “Setoran modal saya nol karena saya tidak punya apa-apa. Tapi saya menjadi pengelola sekaligus karyawan bagian penjualan di sana,” ungkapnya. Bisnis utama Grokindo dan Gronik sebenarnya sama, menjual beberapa produk. Agar lebih fokus, Sumadi keluar dari Gronik untuk mengembangkan Grokindo. Maklum, para pemegang saham membebankan target yang tidak gampang tercapai. “Begitu buka, kami harus untung tiap bulan,” tandasnya.Sebagai pengelola perusahaan, Sumadi menjawab kepercayaan besar itu dengan sungguh-sungguh. Meski hanya memiliki satu tenaga penjual, ia tetap bisa memenuhi target penjualan. Setiap keuntungan yang diraih dipakai untuk menambah modal bisnis. Alhasil, Grokindo justru semakin besar. Bahkan, perusahaan ini bisa memiliki kantor sendiri. Bangkit dari kebakaranSumadi mengaku, kesuksesan mengelola bisnis ini tidak lepas dari kinerja karyawannya. “Baik saya dan karyawan tidak bisa bekerja sendiri. Saya butuh karyawan, mereka juga butuh saya. Jadi, kami saling membutuhkan,” ungkapnya.Setelah beberapa tahun, dua pemegang saham memutuskan keluar dan sahamnya dibeli oleh Sumadi. Alhasil, sampai saat ini sebagian besar saham Grokindo dimiliki oleh Sumadi, dan sebagian kecil lain oleh mantan bosnya. “Pemegang saham lain membuat saya hati-hati berbisnis,” ujarnya.Meski begitu, bisnis Sumadi tidak selalu berjalan mulus. Pada 29 November 2010, satu genset di bengkel meledak dan membakar sebagian besar bengkel sekaligus kantor di Jelambar. Kerugiannya bisa mencapai Rp 1,5 miliar. Meski sempat mengungsi selama sebulan, Sumadi tetap berkomitmen terhadap pelanggan dan pemasok. “Walau Grokindo benar-benar jatuh, tak ada pelanggan kabur,” kata dia. Karena masih memiliki hubungan baik dan mendapat kepercayaan dari rekan bisnis, Sumadi berhasil membangun kembali Grokindo. Kini, perusahaan ini jadi referensi bagi produsen luar negeri yang ingin memasok alat teknik ke dalam pasar Indonesia. Ke depan, Sumadi ingin menjadi distributor peralatan pabrik kendaraan di Malaysia dan Thailand. Ia juga berencana merambah bidang otomatisasi alat pasang baut ban. “Kami mengarah ke bisnis peralatan mesin,” katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News