Sumbang Defisit Jumbo, Ekonom Sarankan Pemerintah Cari Substitusi Gandum



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Neraca perdagangan pangan di Indonesia, di luar sektor perkebunan, mengalami peningkatan defisit yang signifikan setiap tahunnya.

Peneliti CORE Indonesia, Eliza Mardian, mengungkapkan bahwa pada tahun 2001, defisit neraca perdagangan komoditas pangan (di luar perkebunan) mencapai US$ 1,8 miliar. Angka ini terus meningkat hingga mencapai US$ 23 miliar pada tahun 2023.

Eliza menyoroti gandum sebagai salah satu komoditas yang menyumbang defisit besar pada neraca perdagangan Indonesia.


Baca Juga: Defisit Neraca Perdagangan Pangan Meningkat, Ekonom Sarankan Pengurangan Impor

"Gandum menyumbang defisit jumbo karena 100% impor dan jumlahnya pun besar," ungkap Eliza pada KONTAN, Selasa (5/11).

Ia juga menyatakan bahwa Indonesia merupakan importir gandum terbesar di dunia, setelah China dan Mesir.

Lebih lanjut, Eliza menjelaskan bahwa lima negara yang paling banyak mengimpor gandum ke Indonesia adalah Australia, Kanada, Bulgaria, Rusia, dan Brazil. 

Dalam upaya mengurangi defisit, Eliza menyarankan perlunya substitusi gandum dengan tepung yang dapat diproduksi di dalam negeri.

"Gandum ini kan untuk diolah jadi bahan baku seperti mi, snacks, kue, dan makanan lain. Maka perlu substitusi gandum ke tepung yang diproduksi dalam negeri," tambahnya.

Baca Juga: Kemendag Ungkap Alasan Impor Bawang Putih Meningkat Hingga Rp 7 Triliun Lebih

Defisit neraca perdagangan yang terus meningkat mencerminkan ketergantungan Indonesia pada barang impor untuk memenuhi kebutuhan pangan domestik.

Oleh karena itu, Eliza menekankan pentingnya meningkatkan produktivitas lokal guna mengurangi defisit neraca perdagangan yang masih tinggi.

Selanjutnya: Ristra Clinic Rayakan Kecantikan untuk Semua dengan Kampanye Terbaru

Menarik Dibaca: Ristra Clinic Rayakan Kecantikan untuk Semua dengan Kampanye Terbaru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli