Sumbangan Sektor Manufaktur ke PMDN Cuma 20%, Ini Analisa Ekonom



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, sektor manufaktur hanya menyumbang 20% dari total Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di tahun 2021 lalu. Kontribusi sektor manufaktur ini jauh lebih rendah dibanding sektor jasa yang menyumbang 60% dari total PMDN.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, proporsi kecil investasi di sektor manufaktur pada PMDN, menunjukkan kecilnya minat investor dari dalam negeri untuk masuk ke sektor manufaktur.

“Sebenarnya investasi di sektor jasa tidak menjadi masalah asalkan tahapan perkembangan di sektor manufaktur memang terlewati secara proper,” kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (30/1).


Ia mencontohkan, dibeberapa negara seperti Korea Selatan, juga melewati masa di awal-awal tahapan industrialisasi, yakni industri dalam negeri dibangun dan dikembangkan. Setelah industri manufaktur berkembang baru kemudian investasi di sektor jasa mulai berkembang.

Baca Juga: Realisasi Investasi di Kuartal IV-2021 Naik, Ekonom: Serapannya Belum Optimal

Ia melihat, PMDN industri manufaktur berkurang, karena biaya investasi di sektor ini mulai dari penyediaan bahan baku, penyediaan mesin pendukung, hingga kebijakan tenaga kerja yang seringkali berubah.

Sementara soal pengembangan investasi di ekosistem mobil listrik, Yusuf menilai, sejauh inisiasinya dilakukan pelaku usaha di dalam negeri sudah tentu akan berpotensi untuk menggerek PMDN manufaktur.

“Hanya, kita tahu bahwa untuk membangun ekosistem mobil listrik tentu tidak murah. Jadi dukungan kebijakam pemerintah menjadi esensial dalam hal ini,” ujarnya.

Menurut Yusuf, hal yang perlu dilakukan pemerintah adalah dengan mengeluarkan mix policy antara kebijakan moneter dan fiskal. Di kebijakan moneter misalnya ada kebijakan khusus suku bunga tertentu untuk pengembangan industri manufaktur di dalam negeri. Sementara kebijakan fiskal, yakni dengan mendorong keberpihakan  politik anggaran untuk pengembangan industri. 

Ia juga menyebut, saat ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan insentif untuk mobil listrik, kebijakan yang perlu dilanjutkan dan juga perlu dilengkapi dengan anggaran untuk Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang relatif besar.

“Kenapa Kemenperin, karena institusi ini merupakan salah satu yang bertanggung jawab dalam pengembangan ekosistem mobil listrik,” imbuhnya.

Ke depan, Yusuf yakin, prospek manufaktur akan cukup baik, seiring dengan adanya kebijakan perpanjangan insentif pajak untuk kendaraan tentu, yang akan bisa menstimulus industri manufaktur bidang otomotif.

Sementara itu, kelanjutan pandemi juga masih akan menguntungkan sektor industri farmasi dan produk herbal.

Baca Juga: Investasi Manufaktur Hanya Menyumbang 20% dari Total PMDN, Ini Kata BKPM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat