JAKARTA. Sumbawa adalah salah satu dari delapan kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang memiliki potensi besar di sektor perikanan dan kelautan. Sejauh ini, potensi untuk perikanan budidaya baru dimanfaatkan 20%. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebijakto menuturkan, pemerintah memilih Sumbawa sebagai salah satu tambak percontohan (
demonstration farm) budidaya udang lantaran masih banyak lahan idle yang bisa dimanfaatkan. "Sumbawa punya potensi luar biasa, ada lahan seluas 10.375 hektar, baru 20% yang hidup sekitar 2.169 hektar. Yang
idle sekitar 8.000 hektar," kata Slamet dalam tebar perdana benur vaname, di Utan, Sumbawa, NTB, Sabtu (19/10).
Selain itu, pemilihan Sumbawa sebagai tambak percontohan ialah karena pada 1997 Sumbawa pernah sukses menjadi sentra produksi udang. Ia mengatakan, produksi udang Sumbawa pada saat itu berbeda tipis dari Jawa Timur. Sayangnya, kejayaan Sumbawa sebagai sentra produksi udang mulai surut sejak 2000-an. Wakil Bupati Sumbawa Arasy Muhkan mengatakan, pembudidaya udang waktu itu hanya mengejar produksi dan mengabaikan lingkungan. "Rupanya ada titik jenuhnya juga ngejar produksi, ditambah mengabaikan lingkungan, padahal daerah kita mudah tercemar karena di daerah teluk, mulai dari Teluk Santong," sebut Arasy. Di sisi lain, teknologi budidaya udang mulai dari tradisional, semi-intensif, intensif, dan superintensif pun belum berjalan mulus. Akibatnya harga menjadi tak kompetitif. "Inilah kegagalan yang kami alami waktu itu," akunya. Perikanan budidaya, seperti tambak udang memang memerlukan dukungan semua pihak, mulai dari sektor perikanan, infrastruktur, hingga pembiayaan. Infrastruktur tak melulu berarti prasarana yang ada di lokasi tambak, tetapi juga infrastruktur pendukung seperti jalan beraspal. Ini juga dikeluhkan oleh Wakil Gubernur NTB Muhammad Amiin. "Kami sadari perlu keterlibatan sektor seperti infrastruktur jalan, saluran air, dan listrik, serta akses ke perbankan," ujar Amin. Infrastruktur minim Lokasi tambak percontohan yang baru saja ditebari perdana dengan benur vaname oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo terletak di Dusun Rapang, Desa Motong, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, NTB. Potensi lahan yang masih luas menjadikannya pilihan tempat budidaya udang vaname. Sayangnya, infrastruktur penunjang perekonomian masih minim. Akses menuju tambak relatif sulit dan cukup jauh.
Jaraknya dari jalan raya lebih dari lima kilometer, bisa ditempuh dalam 30 menit. Dari pantauan
Kompas.com, lokasi tambak bisa ditempuh dengan tempo 1,5 jam dari tempat kami menginap, yakni di Sumbawa Besar. Akses menjadi relatif sulit lantaran jalanan menuju lokasi tambak belum beraspal. Ketika mobil-mobil rombongan melintas, Sabtu pagi, debu-debu beterbangan. Akibatnya, warga sekitar yang dilalui mobil-mobil yang menuju lokasi tambak itu pun terganggu. Bahkan, di tengah perjalanan mobil kami sempat diberhentikan oleh serombongan warga. Setidaknya ada tujuh hingga delapan warga yang memberhentikan mobil kami. "Bawa mobilnya tolong dipelankan ya Pak. Soalnya tadi ada keluhan warga, debu-debunya sangat mengganggu," kata salah seorang warga yang mengaku bernama Zainal Abidin. (Estu Suryowati/
Kompas.com) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri