Sumber energi FIRE di batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya perburuan kontrak pertambangan PT Alfa Energi Investama Tbk akhirnya membuahkan hasil. Pada 13 Agustus 2018, perusahaan batubara tersebut meneken perjanjian kerjasama pengembangan Blok M senilai US$ 2 juta. 

Laporan manajemen Alfa Energi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 14 Agustus 2018 menyebutkan, kesepakatan bisnis tersebut terjadi antara anak usaha Alfa Energi yakni PT Alfara Delta Persada dan investor bernama Excel Concept International Limited. Jangka waktu perjanjian selama dua tahun.

Menurut informasi dalam laporan keuangan Alfa Energi per 30 Juni 2018, Alfara Delta menjalankan bisnis pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sejak tahun 2006. Perusahaan tersebut memiliki wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) seluas 2.089 hektare (ha). Jangka waktu pengelolaan WIUP hingga 2 Maret 2027.


Alfara Delta hanya boleh menambang area kerja seluas 1.811 ha. Namun, perusahaan itu tetap wajib melakukan pengelolaan lingkungan pasca tambang atau reklamasi seluas 2.089 ha.

Lokasi penambangan Alfara Delta ada tiga, yang meliputi Blok AN, Blok AM dan Blok AW. Total jumlah cadangan terbukti mencapai 10.499 ton batubara. Sementara volume produksi tahun berjalan sebanyak 40 ton batubara.

Sementara Excel Concept bukan satu-satunya mitra bisnis yang Alfa Energi dekap. "Kami bersama-sama dengan Excel Concept International dan Britmindo dari Australia mengembangkan cadangan anak usaha Alfara Delta di Blok M," kata Lyna Elvira, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Alfa Energi Investama Tbk saat dikonfirmasi KONTAN, Rabu (15/8).

Alfa Energi yakin, kerjasama dengan investor anyar tersebut bakal berdampak positif pada kinerja ke depan. Hanya, perusahaan berkode saham FIRE di BEI tersebut, tak mengungkapkan proyeksi kontribusinya. Yang terang, target produksi tahun ini 800.000 ton batubara.

Kembali merugi

Selain Alfara Delta, Alfa Energi memiliki anak usaha lain dalam bidang pertambangan batubara yakni PT Berkat Bara Jaya dengan kepemilikan luas WIUP 6.000 ha di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Namun hingga 30 Juni 2018, statusnya masih pra operasi.

Sementara sepanjang semester I 2018, Alfa Energi mencatatkan penjualan bersih Rp 280,18 miliar. Pencapaian tersebut naik hampir lima kali lipat ketimbang realisasi pada periode yang sama tahun lalu (lihat tabel).

Manajemen Alfa Energi mengaku, penopang pertumbuhan penjualan bersih adalah membaiknya harga batubara. "Komposisi penjualan ekspor kira-kira 70% dari total penjualan," terang Lyna.

Namun perlu dicatat, pertumbuhan penjualan bersih Alfa Energi berbanding terbalik dengan catatan bottom line. Pada paruh pertama 2018, mereka justru menanggung rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih Rp 11,99 miliar.

Padahal di semester pertama tahun lalu Alfa Energi masih untung Rp 550,45 juta. Laporan keuangan kuartal I 2018 juga menunjukkan untung bersih Rp 426,21 juta. Alhasil, kerugian di semester I 2018 tadi mengantarkan Alfa Energi kembali pada situasi tahun 2017 yang merugi sebesar Rp 1,05 miliar. 

Pada tahun ini, Alfa Energi mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 5 juta. Hingga Agustus 2018, mereka sudah membelanjakan capex US$ 1 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .