KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Calon emiten yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT Sumber Tani Agung Resources menetapkan harga penawaran umum sebesar Rp 600 per saham. Masa penawaran umum tersebut akan berlangsung pada 2-8 Maret 2022. Sebelumnya, pada saat penawaran awal (bookbuilding), harga penawarannya berada di kisaran Rp 470-Rp 605 per saham. Dengan begitu, harga penawaran umum tersebut berada pada level atas dari rentang harga penawaran awal. Direktur Utama PT Sumber Tani Agung Resources Mosfly Ang mengatakan, penetapan harga IPO sebesar Rp 600 didasarkan pada permintaan yang tinggi.
“Selama masa penawaran awal kemarin, kami mendapatkan minat yang sangat baik dari investor. Hal ini didukung pula dengan kondisi industri crude palm oil (CPO) yang terus menunjukkan outlook positif,” tutur Mosfly dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/3). Melalui initial public offering (IPO), perusahaan yang akan tercatat dengan kode saham STAA ini melepas sebanyak-banyaknya 877.072.000 lembar saham baru atau setara 8,06% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Dengan begitu, STAA akan meraup dana segar hingga Rp 526,2 miliar.
Baca Juga: Sudah Ada 7 Emiten IPO Sepanjang 2022, BEI Masih Punya 23 Calon Emiten di Pipeline Menurut Mosfly, dana hasil IPO akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal dan ekspansi perusahaan pada pembangunan industri hilir. Secara rinci, sekitar 56% akan digunakan untuk pembangunan refinery dengan kapasitas 2.000 MT CPO per hari. Lalu, sebesar 22% akan digunakan untuk pembangunan fasilitas dermaga. Kemudian, sebesar 22% sisanya akan digunakan untuk pembangunan tangki timbun dengan kapasitas 35.000 MT. “Melalui rencana ekspansi usaha ini, kami harapkan ke depannya kegiatan operasional STAA akan semakin terintegrasi mulai dari sisi upstream hingga downstream,” ucap Mosfly. Pada IPO ini, STAA menunjuk PT CIMB Niaga Sekuritas dan PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Tanggal penjatahan jatuh pada 8 Maret 2022, tanggal distribusi saham pada 9 Maret 2022, dan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 10 Maret 2022. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 30 September 2021, STAA mencatatkan peningkatan laba bersih 141% year on year (yoy) menjadi Rp 685,76 miliar dari sebelumnya Rp 284,55 miliar. Kinerja laba yang positif tersebut didorong oleh pendapatan perusahaan yang tumbuh 34% yoy menjadi Rp 4,18 triliun, dari Rp 3,11 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga akhir kuartal III-2021, perusahaan memiliki total aset Rp 5,68 triliun atau meningkat dibandingkan dengan akhir tahun 2020 yang sebesar Rp 5,08 triliun. Ekuitas perusahaan juga meningkat menjadi Rp 2,91 triliun dari semula Rp 2,16 triliun. Sebagai informasi, STAA adalah grup usaha kelapa sawit swasta yang berkantor pusat di Sumatera Utara, Indonesia dan telah menjalankan kegiatan usaha sejak tahun 1970. Per 31 Desember 2021, STAA memiliki 13 perkebunan, 9 pabrik pengolahan kelapa sawit, 1 pabrik kernel crushing, dan 1 pabrik solvent extraction.
Baca Juga: Dana IPO Sumber Tani Agung Resources akan Digunakan untuk Ini Seluruhnya tersebar di empat provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Total kapasitas produksi CPO mencapai 450 MT per jam dengan produksi CPO mencapai 383.500 MT. Anak usaha STAA, yakni PT Karya Serasi Jaya Abadi (KSJA) juga fokus pada pengembangan energi terbarukan (renewable energy) dengan membangun pembangkit listrik biogas. Limbah cair kelapa sawit diolah untuk menghasilkan biogas yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik operasional KSJA. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi