Sumber Tani Agung Resources (STAA) Menyiapkan Sejumlah Rencana Ekspansi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perkebunan dan pengolahan kepala sawit PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) mempunyai sejumlah rencana pengembangan bisnis dalam beberapa tahun ke depan. Mulai dari memperluas lahan perkebunan, menambah fasilitas produksi, serta mengembangkan bisnis ke segmen hilir alias downstream.

Direktur Keuangan STAA Lim Chi Yin mengatakan, STAA akan meningkatkan luasan lahan tertanam menjadi 60.000 ha sebelum tahun 2025, dari luasan lahan tertanam saat ini yang sekitar 42.000 ha. Penambahan lahan tertanam ini dilakukan dengan mengakuisisi perkebunan lain yang dekat dengan kebun STAA.

Direktur Utama STAA Mosfly Ang menyampaikan, daerah Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah menjadi prioritas utama dalam melakukan akuisisi. Pasalnya, daerah-daerah tersebut merupakan wilayah operasi STAA sehingga diharapkan dapat memberikan sinergi secara operasional.


Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Sumber Tani Agung (STAA) dari Samuel Sekuritas Berikut Ini

Dalam mengakuisisi lahan perkebunan, STAA juga akan memperhatikan isu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) serta menyeleksi rata-rata usia tanaman sehingga tidak mengakibatkan rata-rata usia tanaman grup menjadi tinggi. "Dengan begitu pertumbuhan STAA diharapkan akan semakin bagus dan pesat," ucap Mosfly dalam acara Kupas Tuntas STAA bersama Samuel Sekuritas yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (19/4).

Lebih lanjut, Lim menuturkan, STAA juga berencana membangun beberapa pabrik kelapa sawit (PKS) baru di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Tengah. Selain itu, STAA akan meningkatkan kapasitas produksi kernel crushing plant (KCP) dari 300 ton per hari menjadi 600 ton per hari.

Di segmen bisnis hilir, STAA akan membangun pabrik penyulingan (refinery) di Lubuk Gaung, Dumai, Riau pada semester II-2022. "Pabrik tersebut akan memiliki kapasitas produksi 2.000 MT crude palm oil (CPO) per hari serta dilengkapi dengan tangki timbun dan dermaga," kata Lim.

Baca Juga: Kinerja Sumber Tani Agung Resources (STAA) Melesat pada Tahun Lalu

Pembangunan pabrik refinery diperkirakan akan selesai di akhir tahun 2023. Nantinya, pabrik refinery tersebut akan menghasilkan produk turunan CPO berupa olein, stearin, dan PFAD yang dapat meningkatkan penjualan hingga 20%.

Lebih lanjut, STAA juga berencana mendirikan fasilitas penyimpanan serta tangki di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. STAA juga memasukkan pembangunan pabrik biodiesel dalam rencana bisnisnya dalam beberapa tahun ke depan.

Untuk merealisasikan berbagai rencana bisnis tersebut, STAA sudah memulai pencarian dana dengan melaksanakan initial public offering (IPO) pada Maret 2022. Seluruh dana IPO yang sebesar Rp 526,2 miliar digunakan untuk membangun pabrik refinery beserta sarana pendukungnya. Secara rinci, sebesar 56% untuk membangun pabrik refinery, sebesar 22% untuk fasilitas dermaga, dan 22% untuk tangki timbun dengan kapasitas 35.000 MT.

Baca Juga: Tahun 2022, Sumber Tani Agung Resources (STAA) Proyeksikan Produksi Sawit Tumbuh 10%

Sementara itu, untuk rencana bisnis lainnya, STAA bakal menggunakan kas internal perusahaan. "Dari kinerja tahun lalu, jelas posisi EBITDA dan leverage kami masih sangat rendah. Internal cash flow kami sangat kuat untuk melakukan akuisisi perkebunan secara bertahap yang akan mencapai 10.000 ha dalam dua tahun ini dan rencana ekspansi lainnya," ungkap Mosfly.

Sebagai informasi, sepanjang 2021, STAA membukukan kenaikan pendapatan 39,9% year on year (yoy) menjadi Rp 5,88 triliun dari sebelumnya Rp 4,2 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersih STAA melesat 147,8% yoy menjadi Rp 1,24 triliun dari Rp 500 miliar. 

Adapun total aset STAA per 31 Desember 2021 berhasil meningkat menjadi Rp 5,86 triliun dibandingkan dengan posisi akhir 2020 yang sebesar Rp 5,08 triliun. Total ekuitas STAA juga meningkat dari Rp 2,16 triliun menjadi Rp 3,09 triliun per 31 Desember 2021.

Di sisi lain, total liabilitas STAA berhasil turun menjadi Rp 2,76 triliun pada akhir 2021 dibandingkan dengan posisi akhir 2020 yang sebesar Rp 2,92 triliun. Hal ini disebabkan oleh pelunasan utang bank jangka pendek Rp 156 miliar di tahun sebelumnya dan penurunan utang bank jangka panjang STAA dari Rp 2,34 triliun menjadi Rp 2,12 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati