Sumber Tani Agung (STAA) Optimistis Jaga Pertumbuhan Kinerja Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit (CPO) masih tertekan, meskipun kembali menguat pada perdagangan Senin (27/3). Meski begitu, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) optimistis tertekannya harga tidak berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga CPO berada pada level MYR 3.577/ton pada Senin (27/3), atau naik dari posisi Jumat (24/3) di level MYR 3.512/ton. Meski begitu, harganya masih di bawah akhir Februari 2023 di level MYR 4.127/ton.

Head of Investor Relation STAA Edward Wijaya menerangkan, CPO merupakan barang komoditi yang senantiasa berfluktuasi harganya sepanjang tahun.


Baca Juga: Laba 2022 Naik, Sumber Tani Agung (STAA) Siap Geber Ekspansi Pada 2023

Menurutnya, penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kekhawatiran kondisi perbankan di Amerika Serikat (AS) yang berdampak terhadap pelemahan crude oil, serta pelemahan minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan bunga matahari.

Penurunan harga CPO global inipun dinilai akan memberikan dampak terhadap kinerja perseroan. "Tentunya naik turunnya harga akan berdampak langsung dengan performa keuangan atau margin perusahaan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (27/3).

Namun, diperkirakan dampaknya tidak akan terlalu signifikan lantaran mayoritas penjualan STAA berasal dari pasar domestik. Tahun 2022, penjualan domestik berkontribusi sebesar Rp 5,71 triliun, sementara ekspor hanya Rp 329,41 miliar.

Untuk meminimalisasikan dampak dari penurunan harga CPO di pasar, STAA fokus untuk menaikkan produksi CPO untuk tahun 2023. Adapun tahun ini, STAA menargetkan pertumbuhan produksi CPO sebesar 12% atau mencapai 450.000 ton.

"Dengan tambahan produksi dari dua kebun yang baru diakuisisi pada September 2022, usia seluruh tanaman group yang masih prima dan pemupukan yang konsisten, kami yakin produksi akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya," sambungnya.

Sembari itu juga menjaga efisiensi cost produksi sehingga bisa tetap mendorong kinerja keuangan perseroan. Pihaknya juga melakukan kebijakan hedging, yang diharapkan akan dapat mengurangi dampak dari volatilitas atau downtrend harga CPO saat ini.

Namun, secara fundamental pergerakan harga CPO tahun ini STAA memperkirakan masih mampu menjaga level tren harga yang bagus.

Sebab, didukung oleh kebijakan biodiesel B35 dari pemerintah secara berkelanjutan dan antisipasi pelaku pasar terhadap kemungkinan El Nino pada kuartal III tahun ini yang berdampak kepada produksi.

Baca Juga: STAA Catatkan Laba Bersih Rp 1,11 Triliun pada 2022

Jelang akhir kuartal I, Edward juga melihat permintaan CPO masih cukup tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Khususnya dari pasar domestik untuk memenuhi kebutuhan nasional menjelang Idul Fitri pada bulan April ini.

"CPO adalah produk komoditi penting untuk memproduksi produk-produk keseharian di industri pangan maupun energi, sehingga permintaan akan terus ada terlepas dari kondisi pasar," katanya.

Edward pun melihat apabila rata-rata harga jual (average selling price/ASP) tahun ini di kisaran ASP tahun lalu, maka perseroan yakin STAA akan mencatat pendapatan dan laba bersih yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Adapun tahun lalu STAA mencatat ASP CPO sebesar Rp 12.390/kg.

Sepanjang 2022, STAA membukukan pendapatan sebesar Rp 6,04 triliun, atau naik 2,72% secara tahunan (YoY). Kemudian, laba bersih perusahaan juga tumbuh 3,73% YoY menjadi Rp 1,11 triliun.

 
STAA Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto