Sumitomo Mundur, Vale Indonesia (INCO) Tetap Komitmen Jalankan Proyek Smelter Pomalaa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mundurnya Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) dari Proyek Smelter Nikel milik Vale Indonesia Tbk (INCO) di Pomalaa menimbulkan tanda tanya terkait nasib proyek tersebut.

Namun Direktur Keuangan INCO Bernardus Irmanto memastikan, Vale Indonesia tetap pada komitmen untuk pembangunan Proyek Smelter Nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

"Kami tetap berkomitmen terhadap Proyek Pomala," ungkap Bernardus kepada Kontan.co.id, Rabu (27/4).


Meski enggan merinci lebih jauh, Bernardus memastikan dalam waktu dekat perusahaan bakal mengeluarkan keterangan terkait kondisi yang ada.

Sebelumnya, dikabarkan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (SMM) memutuskan untuk menghentikan studi kelayakan (feasibility studies) pembangunan smelter nikel di Pomalaa yang sedang berlangsung. Hal ini disampaikan President & Representative Director Sumitomo Metal Mining, Akira Nozaki pada laman resmi Sumitomo Metal Mining pada Senin (25/4).

Baca Juga: Sumitomo Metal Mining Hentikan FS Proyek Pomalaa Vale Indonesia (INCO)

Pada 2012, SMM mulai bekerja sama dengan Vale Indonesia dalam pra-studi kelayakan untuk proyek Pomalaa. Kemudian, sejak 2018, kerja sama ini berlanjut dan telah melakukan studi kelayakan definitif untuk proyek Pomalaa. Namun, karena terjadi pandemi Covid-19 prosedur untuk mendapatkan izin dan diskusi dengan Vale Indonesia tertunda.

“Karena sulit untuk mempertahankan tim studi proyek internal dan eksternal tanpa prospek kemajuan di masa depan, SMM telah menyimpulkan bahwa tidak punya pilihan selain menghentikan studi,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diunggah pada website resmi Sumitomo Metal Mining, Senin (25/4).   

Manajemen Sumitomo Metal Mining menyatakan, sebenarnya proyek Pomalaa adalah inti dari strategi perusahaan untuk mengamankan sumber daya nikel untuk mencapai visi jangka panjang dari tingkat produksi nikel tahunan sebesar 150.000 ton.

Smelter Pomala juga diposisikan sebagai proyek besar untuk meningkatkan nilai perusahaan Sumitomo Metal Mining dalam Rencana Bisnis 3 Tahun 2021 yang baru-baru ini diungkapkan.

Adapun, dalam rencana pengembangannya, kebutuhan nikel untuk smelter di Pomalaa direncanakan bakal dipasok 100% dari penambangan di konsesi Pomalaa.

Kontan mencatat, Vale menargetkan tahapan Final Investment Decision (FID) untuk smelter Pomalaa dapat dilakukan pada tahun ini.

 
INCO Chart by TradingView

Proyek ini direncanakan berkapasitas 40.000 ton Mix Sulphide Precipitate (MSP).

Di sepanjang 2021, Vale Indonesia memproduksi 65.388 metrik ton nikel dalam matte. Jumlah ini turun 9,48% dari produksi nikel matte sepanjang 2020 yang mencapai 72.237 metrik ton.

Kendati produksi turun, Vale Indonesia mencatatkan kenaikan kinerja keuangan seiring dengan naiknya harga komoditas nikel.  Emiten produsen nikel dalam matte ini mencetak laba bersih senilai US$ 167,20 juta atau tumbuh 112,5% year on year (yoy) dari laba bersih di tahun 2020 senilai US$ 78,68 juta.

Kenaikan bottom line INCO sejalan dengan pendapatan yang juga terkerek. Tercatat, INCO membukukan pendapatan senilai US$ 953,2 juta pada tahun 2021. Angka ini berada 25% di atas realisasi penjualan yang tercatat pada tahun 2020 sebesar US$ 764,74 juta.

Adapun, untuk tahun 2022 INCO menyiapkan belanja modal senilai US$ 120 juta. Capex ini akan digunakan untuk sejumlah keperluan, di antaranya alokasi untuk pembangunan kembali (rebuild) Furnace 4, peremajaan alat, dan mine development. Pendanaan capex berasal dari kas internal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari