KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap II Tahun 2023 senilai Rp 900 miliar. Obligasi tersebut ditawarkan dalam dua seri. Pertama, obligasi Seri A yang akan ditawarkan sebesar Rp 468 miliar dengan bunga obligasi sebesar 7,35% per tahun. Jangka waktu obligasi Seri A ini adalah 3 tahun. Kedua, obligasi Seri B yang ditawarkan sebesar Rp 432 miliar dengan bunga Obligasi sebesar 8% per tahun. Jangka waktu Obligasi Seri B adalah 5 tahun.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (27/9), mayoritas dana dari hasil penawaran obligasi tersebut 85% akan digunakan perseroan untuk pengembangan usaha dan 15% sisanya untuk modal kerja.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Layak Koleksi dari Emiten yang Getol Terbitkan Sukuk dan Obligasi Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, aksi penerbitan obligasi tersebut seharusnya dipandang positif oleh investor. Apalagi, terkait rencana perseroan yang akan menggunakan dananya untuk ekspansi dan modal kerja. “Dampaknya ke depan tentu akan mempengaruhi profitabilitas dalam jangka panjang,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (27/9). Sampai saat ini, kata Fajar, SMRA masih mencatatkan pertumbuhan dari sisi top line maupun bottom line. Sehingga, sampai tahun depan diproyeksikan kinerja SMRA juga masih akan tumbuh. “Sentimen positif yang akan mendukung adalah terkait efek Pemilu 2024, sementara level suku bunga tinggi yang akan jadi pemberat,” katanya. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta mengatakan, penerbitan obligasi sangat wajar dilakukan oleh emiten sektor properti. Sebab, hal itu berkaitan dengan ekspansi lahan yang dipengaruhi adanya faktor lonjakan harga lahan di masa mendatang. “Jadi, ekspansi harus dilakukan sedini mungkin,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (27/9). Nafan melihat, properti yang akan dibangun oleh SMRA biasanya menyasar pasar masyarakat kelas menengah ke atas. “Sehingga, bisa meningkatkan marketing sales dan menopang kenaikan pendapatan SMRA ke depannya,” paparnya. Menurut Nafan, SMRA memiliki debt to equity ratio yang berada dalam tren yang menurun hingga kuartal II 2023. “Wajar mereka mau menerbitkan obligasi, karena bisa meningkatkan debt to equity ratio, walaupun tidak terlalu signifikan,” paparnya. Untuk prospek kinerja di tahun 2023, kinerja SMRA masih akan dipengaruhi sentimen negatif akibat tren suku bunga yang cenderung tinggi.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Bakal Terbitkan Obligasi Rp 900 Miliar “The Fed akan menaikkan suku bunga 0,25 poin pada bulan November 2023,” tuturnya. Namun, untuk tahun 2024, rencana The Fed menurunkan suku bunga 0,25 poin akan menjadi angin segar bagi kinerja SMRA. Apalagi, Bank Indonesia (BI) akan masih akan menahan suku bunga di 5,75% hingga semester I 2024. “Nanti juga akan ada December Dot Plot yang akan dicermati oleh investor,” ungkapnya.
Di sisi lain, Nafan melihat, krisis properti di China akan mempengaruhi kinerja SMRA secara negatif. Namun, sifatnya hanya sementara. “SMRA sendir memiliki tren pendapatan yang masih meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diprediksi kinerja bottomline juga akan ikut terkerek ke depannya,” paparnya. Fajar belum memberikan rekomendasi untuk SMRA. Sedangkan Nafan merekomendasikan
accumulate untuk SMRA dengan target harga Rp 635 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi