KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) mengejar target pendapatan pra-penjualan alias
marketing sales Rp 5 triliun hingga akhir tahun 2023. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Direktur SMRA Adrianto P Adhi saat ditemui Kontan di Karawang, Rabu (4/10). Tetapi Adrianto belum bisa mengungkapkan
marketing sales SMRA untuk kuartal III 2023. “Belum lihat data lagi (untuk
marketing sales kuartal III 2023). Tapi target
marketing sales SMRA di sekitar Rp 5 triliun,” ujarnya dalam kesempatan tersebut.
Pencapaian
marketing sales SMRA di semester I 2023 baru sebesar Rp 1,6 triliun atau 32% dari target tahun 2023 sebesar Rp 5 triliun. Pencapaian ini didominasi dari penjualan produk rumah yaitu sebesar 58%, ruko 28%, kavling 7%, apartemen dan komersial 7%
Baca Juga: SMRA Meluncurkan Summarecon Villaggio Outlets, Nilai Investasi Capai Rp 500 Miliar Jelang pemilu, SMRA optimistis kinerjanya tidak akan terganggu oleh perhelatan akbar politik lima tahunan itu. Sebab, secara historis, pemilu tidak mempengaruhi pasar properti secara signifikan, sehingga tidak berdampak pada kinerja SMRA selama ini. “Kami berharap tahun ini pemilu juga tidak akan mengganggu kinerja pasar properti. Jangan sampai tahun politik membuat kinerja bisnis properti terganggu,” papar dia. SMRA juga merilis beberapa aset yang akan memperkuat
recurring income dalam waktu dekat. Salah satunya, SMRA merilis Summarecon Villaggio Outlets (Villaggio) di Karawang, Jawa Barat, hari ini (4/10). Lalu, pada kuartal I 2024, SMRA akan merilis Summarecon Mall Bandung. Menurut Adrianto, kondisi ekonomi Indonesia yang kuat dan stabil, dengan pertumbuhan positif di atas 5%, turut memberikan dampak positif pada pasar ritel. “Kehadiran pusat perbelanjaan ini diharapkan akan semakin meningkatkan pendapatan berulang perusahaan,” papar dia.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Fokus Bisnis Retail, Kontribusi 30% Terhadap Pendapatan 2023 Di sisi lain, SMRA juga masih fokus pada proyek rumah tapak dan aset pendapatan berulang, serta tidak memiliki rencana untuk membangun apartemen.
Sebab, kata Adrianto, penjualan apartemen di Indonesia masih belum bagus karena beberapa alasan. Pertama, masyarakat Indonesia dinilai SMRA lebih menyukai rumah tapak. Kedua, masyarakat Indonesia juga dilihat tidak ingin membayar
service charge apartemen. Ketiga, apartemen saat ini sudah
oversupply. “Banyak apartemen dibangun dan penjualannya kurang sukses dan itu membuat apartemen jadi
oversupply. Jadi, kalau mau bikin apartemen itu harus benar-benar mempersiapkan dengan baik agar tidak
oversupply,” paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati