KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi Covid-19, banyak pengembang yang kesulitan finansial karena penjualan mengalami penurunan yang tajam. Namun pengembang yang sudah terkenal dinilai punya keuntungan lebih besar di tengah kondisi ini. MarkPlus, Inc. menyebut, di masa pandemi ini mayoritas masyarakat menahan diri untuk membeli hunian baru dan masih berfokus pada menjaga stabilitas keuangan. Penundaan pembelian ini diprediksi akan terjadi hingga 2021 meskipun ada sebagian masyarakat yang justru memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi dengan membeli properti baru.
Baca Juga: Cermati rekomendasi teknikal saham ICBP, HMSP, SMRA dan WTON untuk hari ini Karena di tengah masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dominasi interaksi melalui platform digital menjadi pilihan masyarakat dibandingkan interaksi secara offline meskipun mayoritas masih bersifat komunikasi satu arah. Namun, sudah banyak baik pengembang mapun konsumen yang berkomunikasi dan mencari informasi secara digital. Adapun, banyak pula pengembang yang menyediakan informasi secara
luring (offline) sudah disarankan untuk beralih ke saluran digital. Meskipun permintaan tipis, pengembang yang memiliki brand lebih terkenal dinilai lebih diuntungkan pada masa pandemi ini. Presdir PT Summarecon Agung Adrianto P. Adhi mengatakan, selama masa pandemi pembelian masih ada walaupun menipis. Sementara menurutnya, pembelian yang datang bukan melulu dari kalangan menengah ke bawah, melainkan juga datang dari kalangan menengah ke atas. “Pada saat seperti ini orang mengandalkan kepercayaan sehingga orang tetap mau membeli produknya Summarecon. Kami masih bisa menjual produk yang nilainya masih di atas Rp 6 miliar sampai Rp7 miliar karena beberapa orang masih punya uang
cash atau memang mereka favoritnya di Summarecon,” ujarnya dalam konferensi virtual Industry Roundtable, Jumat (29/5). Adri menjelaskan, masih ada orang membeli rumah pada harga Rp 1 miliar dan Rp 2 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak orang yang mampu membeli rumah, tapi banyak yang menunda pembelian pada masa seperti ini.
Baca Juga: Ini strategi Summarecon Agung (SMRA) beroperasi pada fase new normal Menurut survei Marketeers Inc. penurunan tingkat pembelian hanya ada 10% dari peserta survei yang menyatakan tetap bisa membeli properti pada masa pandemi. Mereka memutuskan membeli properti saat ini sebagai sarana investasi jangka panjang untuk masa setelah pandemi. Sementara 90% sisanya, akan memutuskan membeli properti ketika pandemi Covid-19 usai karena mereka lebih memilih untuk menjaga kemampuan finansial mereka. "Ke depannya, pengembang perlu menyiapkan diri menuju kenormalan baru atau new normal. Pengembang juga harus siap terhadap perubahan yang terjadi dan lebih responsif karena pasar ke depan akan menghadapi perubahan perilaku sosial," kata Adri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto