SUN acuan ramai ditransaksikan



JAKARTA. Sepanjang Oktober 2016, surat utang negara (SUN) seri acuan alias benchmark kerap diperjualbelikan investor di pasar sekunder.

Mengacu situs Bursa Efek Indonesia per Oktober 2016, total volume perdagangan obligasi negara mencapai Rp 251,65 triliun dalam 12.741 kali transaksi. Dari jumlah tersebut, SUN benchmark tahun 2015, 2016 serta calon benchmark tahun 2017 laris diperdagangkan pelaku pasar.

Berdasarkan aspek volume perdagangan, SUN benchmark tahun 2016 bertempo lima tahun yakni FR0053 merajai pasar dengan total Rp 31,06 triliun. Lalu diikuti oleh calon benchmark tahun 2017 yaitu FR0059 dengan volume sebanyak Rp 25,04 triliun, FR0056 senilai Rp 19,29 triliun, FR0068 sebesar Rp 16,59 triliun, serta FR0073 sebanyak Rp 16,45 triliun.


Sementara berdasarkan aspek frekuensi perdagangan, SUN benchmark tahun 2016 bertempo 20 tahun yakni FR0072 mencatatkan jumlah transaksi tertinggi yakni 1.642 kali.

Kemudian diiringi oleh FR0059 dengan 1.262 kali transaksi, Sukuk Negara Ritel seri SR-008 sebanyak 1.126 kali, FR0068 sebesar 1.006 kali, serta FR0073 sebanyak 808 kali.

Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo mengungkapkan, wajar apabila SUN benchmark menjadi seri-seri obligasi negara yang paling aktif ditransaksikan di pasar sekunder. Sebab, investor umumnya lebih menggemari SUN seri acuan yang memang memiliki likuiditas tinggi.

Hal ini memudahkan investor untuk membeli atau menjual kepemilikannya setiap saat. Apalagi pemerintah rutin menerbitkan SUN benchmark melalui lelang setiap dua pekan. Lihat saja total outstanding FR0053 yang mencapai Rp 100,02 triliun per Kamis (17/11).

"Besaran kupon yang ditawarkan khususnya oleh SUN seri benchmark dinilai menggiurkan di tengah tren suku bunga rendah," terangnya.

Terlebih mengacu peraturan No. 134/PMK.08/2013 tentang Dealer Utama, SUN benchmark wajib diperdagangkan oleh dealer utama minimal 2% dari total volume perdagangan setiap tiga bulan sekali. Ini menjadi salah satu pendorong ramainya transaksi SUN acuan di pasar sekunder.

Di sisi lain, SR-008 berhasil menduduki peringkat ketiga SUN teraktif dari sisi frekuensi perdagangan sepanjang Oktober 2016. Beben menilai, sejak kuartal IV 2016, pasar obligasi domestik cukup tertekan akibat pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) serta spekulasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) pada Desember 2016.

Walhasil, sebagian investor pun menggeser portofolionya dari SUN tenor panjang ke SR-008 yang memiliki jatuh tempo lebih pendek. Tujuannya, untuk mengecilkan risiko investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie