JAKARTA. Pasar surat utang yang fluktuatif dimanfaatkan oleh manajer investasi untuk menambah prosi Surat Utang Negara (SUN) dalam racikan portofolio mereka. Kondisi ini tercermin pada data kenaikan harga SUN. Per 6 Oktober 2015, situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, akumulasi SUN di reksadana mencapai Rp 61,91 triliun atau melambung 35,2% ketimbang akhir tahun 2014 sebesar Rp 45,79 triliun. Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menjelaskan, kenaikan tersebut dipicu oleh pasar saham yang koreksi cukup dalam. Secara year to date (ytd) hingga Kamis (8/10) pukul 14.10 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah merosot 14,06% menjadi 4.491,73.
SUN di reksadana menggemuk
JAKARTA. Pasar surat utang yang fluktuatif dimanfaatkan oleh manajer investasi untuk menambah prosi Surat Utang Negara (SUN) dalam racikan portofolio mereka. Kondisi ini tercermin pada data kenaikan harga SUN. Per 6 Oktober 2015, situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, akumulasi SUN di reksadana mencapai Rp 61,91 triliun atau melambung 35,2% ketimbang akhir tahun 2014 sebesar Rp 45,79 triliun. Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menjelaskan, kenaikan tersebut dipicu oleh pasar saham yang koreksi cukup dalam. Secara year to date (ytd) hingga Kamis (8/10) pukul 14.10 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah merosot 14,06% menjadi 4.491,73.