JAKARTA. Sepanjang Mei 2017, surat utang negara (SUN) bertenor panjang, seperti FR0072 menjadi seri obligasi yang paling aktif ditransaksikan. Merujuk data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), sepanjang Mei 2017, total volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 272,34 triliun dengan frekuensi sebanyak 15.215 kali. Dari jumlah tersebut, SUN seri FR0072 bertenor 20 tahun mencatatkan nilai transaksi terbesar yaitu Rp 36,65 triliun. Seri tersebut sekaligus menjadi SUN yang paling sering ditransaksikan, yakni sebanyak 2.416 kali.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra mengatakan, obligasi seri FR0072 menjadi obligasi yang paling aktif sepanjang Mei, karena efek kenaikan peringkat utang Indonesia ke level layak investasi atau
investment grade dari Standard and Poor's (S&P). Ditetapkannya
investment grade tersebut, juga mempengaruhi
yield obligasi bertenor 1-10 tahun yang mulai menurun mendekati 7%. “Bahkan sempat turun sedikit di bawah 7%,” kata Made. Sementara, kini
yield obligasi dengan tenor yang lebih panjang bisa mencapai 7,6%-7,8%. “Artinya investor ingin mencari
yield yang lebih tinggi dan ada di seri FR0072 yang bertenor lebih panjang,” kata Made. Oleh karena itu investor kini lebih percaya diri berinvestasi di SUN tenor yang lebih panjang dan membuat transaksi seri FR0072 menempati peringkat teraktif sepanjang Mei.
Ke depan, Made melihat volatilasi pasar obligasi akan dipengaruhi perkembangan ekonomi nasional. Investor kini sudah banyak yang terbiasa dengan adanya kenaikan peringkat, artinya sudah tidak ada lagi spekulasi kenaiakan peringkat. Agar investor semakin percaya diri menaruh dana investasinya di seri ini maka perlu ada
trigger baru selain dari kenaikan peringkat, seperti data domestik. Jika data dalam negeri mendukung maka hal ini bisa menjadi katalis positif bagi obligasi bertenor panjang. “Seiring dengan hal itu, ke depan tenor panjang masih jadi pilihan,” kata Made. Namun, bila kondisi sebaliknya terjadi, data dalam negeri tidak sesuai dengan ekpektasi investor dan tingkat konsumsi turun, maka kemungkinan membuat
yield tidak bisa turun, bahkan cenderung
flat. Made memprediksi, hingga akhir tahun ini,
yield tenor lima tahun bisa mencapai 6,5%, sementara
yield tenor 10 tahun sebesar 7%. Sedangkan
yield tenor 20 tahun diprediksi bisa mencapai 7,6%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini