JAKARTA. Anjloknya harga surat utang negara (SUN) seri menengah dan panjang dimanfaatkan investor. Pasalnya, investor bisa masuk denga harga murah. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah seri SUN teraktif yang diperdagangkan dari sisi frekuensi pada Augustus antara lain FR0068, SR007, dan FR0071. Dari sisi volume, seri teraktif seperti FR0070, FR0053 dan FR0071.
Fixed Income Analyst Samuel Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus mengatakan seri bertenor menengah dan panjang mengalami penurunan harga paling dalam sepanjang Augustus. Pemicunya, adanya kebijakan Tiongkok dalam melakukan devaluasi mata uangnya dan berimbas terhadap tekanan rupiah. "Seri menengah dan panjang tentu menjadi salah satu obligasi yang paling turun harganya ketika pasar obligasi mengalami gejolak," ujar Nico, Jakarta, Kamis (10/9). Anjloknya harga mengakibatkan seri tersebut menjadi murah. Bahkan, seri FR0068 bertenor 20 tahun turun hingga mencapai batas bawah. Di sisi lain,
yield SUN kian terkerek dan menarik. "Para pelaku pasar dan investor tentu segera masuk secara bertahap untuk mendapatkan harga di bawah dengan yield tinggi dan yield tertinggi itu bisa di dapatkan dari seri bertenor menengah hingga panjang," ujar Nico. Selain itu, tenor menengah dan panjang juga dimanfaatkan investor untuk memaksimalkan keuntungan ketika pasar obligasi mengalami
recovery. Juga, tenor ini akan mengalami penurunan paling dalam ketika pasar bereaksi terhadap berita global ataupun domestik. Ketika obligasi tersebut mengalami penurunan dalam, tentu imbal hasil akan semakin tinggi. "Hal ini yang di lihat sebagai kesempatan oleh para pelaku pasar dan investor untuk bisa mendapatkan posisi," ujar dia. Analis Sucorivest Central Gani Ariawan mengatakan minat investor terhadap tenor menengah dan panjang masih tinggi. Sebab, seri tersebut menawarkan
yield menarik. "Tren ini terlihat sejak Juli ketika yield mengalami kenaikan," ujar Ariawan. Tak hanya investor domestik, tenor ini juga diserbu oleh investor asing Sebaliknya,
Fixed Income Analyst BNI Securities I Made Adi Saputra mengatakan ramainya transaksi pada seri-seri tersebut disebabkan oleh aksi jual investor akibat pelemahan rupiah. "Hal tersebut terlihat dari kenaikan
yield tenor menengah dan panjang yang lebih besar dibandingkan tenor pendek," kata Made. Disamping itu, volume perdagangan SUN didominasi oleh tenor menengah dan panjang lantaran volatilitasnya yang cukup tinggi. Hal tersebut dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan strategi
trading. Harga Sulit Naik Nico memperkirakan harga obligasi tahun ini masih sulit untuk kembali di harga kisaran pada bulan February samingga April 2015 sebelumnya. Kemunculan paket kebijakan Presiden yang diumumkan Rabu (9/9) kemarin juga diperkirakan tidak bisa memberikan efek jangka pendek untuk mengerek pasar obligasi. "Terlihat pada perdagangan obligasi Kamis (10/9) ini yang di buka flat. Demikian juga dengan penutupan Rabu sore. kamis pada tengah hari hingga sore hari juga kembali melanjutkan penurunannya, di ikuti oleh penurunan Rupiah yang semakin melemah," ujar dia. Pasar obligasi diperkirakan masih akan tertekan apabila tekanan Rupiah masih berlanjut. "Namun, saat ini menjadi saat yang baik untuk bisa mulai kembali masuk secara bertahap, karena dalam hitungan, valuasi obligasi Pemerintah tentu bisa di katakan sangat murah," tutur Nico.
Made sepakat paket kebijakan baru akan berdampak terhadap pasar obligasi dalam jangka panjang. "Sebab paket kebijakan yang disampaikan pemerintah eksekusinya tidak bisa cepat," ujar dia. Sedangkan untuk jangka pendek, pasar Surat utang masih akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto