JAKARTA. Seri tenor pendek menjadi primadona dalam lelang surat utang negara (SUN) perdana tahun 2017. Ini lantaran ketidakpastian eksternal, terutama dari Amerika Serikat (AS). Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, lelang SUN pada Selasa (3/1) meraup total penawaran Rp 36,9 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah menyerap dana sesuai target indikatif Rp 15 triliun. Dana hasil lelang ditujukan untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. Jika tak ada aral melintang, setelmen dihelat pada 5 Januari 2017.
Dari lima seri SUN yang ditawarkan, pemerintah hanya memenangkan tiga seri. Pertama, SPN03170404 yang diserap Rp 6,1 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 5,93% dan imbalan diskonto. Efek tersebut mengoleksi nominal penawaran terbesar, hingga Rp 14,97 triliun dengan yield tertinggi 6,4% dan yield terendah 5,74%. Surat utang ini akan jatuh tempo pada 4 April 2017.
Kedua, SPN12180104 yang dimenangkan sebesar Rp 5,3 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 6,78% dan imbalan diskonto. Jumlah penawaran yang masuk untuk seri ini mencapai Rp 7,25 triliun dengan yield tertinggi 7,5% dan yield terendah 6,64%. Instrumen tersebut tenggat waktunya 4 Januari 2018.
Ketiga, FR0059 yang diserap senilai Rp 3,6 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,79% dan kupon 7%. Obligasi ini membukukan penawaran Rp 5,2 triliun dengan yield tertinggi 8% dan yield terendah 7,7%. FR0059 bakal kedaluwarsa pada 15 Mei 2027. Sementara penawaran untuk SUN seri FR0061 dan FR0072 tidak dimenangkan oleh pemerintah. FR0061 mencatatkan penawaran Rp 7,59 triliun dengan yield tertinggi 7,75% dan yield terendah 7,5%. Efek berkupon 7% tersebut akan jatuh tempo pada 15 Mei 2022. Kemudian jumlah penawaran yang masuk untuk seri FR0072 mencapai Rp 1,87 triliun dengan yield tertinggi 8,42% dan yield terendah 8,11%. Surat utang berkupon 8,25% ini tenggat waktunya 15 Mei 2036. Nicodimus Anggi Kristiantoro, Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencermati, investor justru lebih menggemari SUN bertenor pendek. Lihat saja SPN03170404 yang meraup jumlah penawaran tertinggi dalam lelang kali ini. Maklum, pasar obligasi domestik masih dibayangi tekanan eksternal, terutama dari AS. “Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden ke – 45 AS dan efek dari kebijakannya dikhawatirkan dapat menambah volatilitas global,” terangnya.
Senada, Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra berujar, investor tengah berhati-hati di awal tahun 2017. Mereka mencermati susunan kabinet dan rincian kebijakan yang bakal diambil Trump pasca resmi menjabat. Makanya peserta lelang memburu SUN tenor pendek untuk meminimalisir risiko yang mungkin mencuat. Menurut Made, sisi domestik cukup aman. Inflasi Indonesia tahun 2016 terkendali, sesuai dengan target batas bawah pemerintah yang dipatok 3% - 5%. “Tapi antara pemerintah berhasil mengendalikan inflasi atau daya beli yang memang turun,” terkanya. Jenis investor perbankan disinyalir mendominasi lelang SUN kali ini. Perbankan memang membutuhkan instrumen untuk menempatkan likuiditas jangka pendek, sekitar tiga bulan. “Imbal hasil 6% juga cukup menarik untuk perbankan,” imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia