SUN valas berprospek cerah



JAKARTA. Mengawali tahun ini, pemerintah merealisasikan rencana penerbitan surat utang negara (SUN) berdenominasi valuta asing (valas). Penerbitan perdana berupa obligasi berdenominasi dollar AS alias global bond senilai US$ 4 miliar.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan mencatat, pada penawaran awal (bookbuilding) yang digelar Kamis (8/1), permintaan yang masuk mencapai US$ 19,3 miliar. Artinya, terjadi kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 4,8 kali, dari target senilai US$ 4 miliar. Meski kemudian, pemerintah hanya menyerap sesuai target.

Direktur SUN DJPU Loto Srinaita Ginting mengatakan, tingginya permintaan yang masuk membuktikan minat investor global terhadap SUN valas Indonesia masih cukup tinggi. “Dilihat juga dari yield yang bisa diperketat, karena besarnya minat investor,” ujar Loto, Jumat (9/1).


Global bond ditawarkan dalam dua seri, yaitu RI0125 bertenor 10 tahun, dengan kupon awal 4,5%m, dan seri RI0145 bertenor 30 tahun dengan kupon awal 5,5%. Akhirnya, pemerintah menetapkan kupon tetap masing-masing sebesar 4,125% dan 5,125%. Masing-masing seri menyerap emisi US$ 2 miliar.

Selain global bond, pemerintah masih menyisakan tigaSUN valas yang akan diterbitkan sepanjang tahun ini,  yakni global sukuk, euro bond dan samurai bond. Namun, Loto masih bungkam soal waktu penerbitan masing-masing SUN valas tersebut.

Sebagai gambaran, euro bond terakhir kali diterbitkan Juli 2014 senilai € 1 miliar. Global sukuk senilai US$ 1,5 miliar diterbitkan pada September 2014. Adapun, emisi samurai bond pada Nopember 2012 senilai ¥ 60 miliar.

Namun, kabar yang berhembus global sukuk dan samurai bond diterbitkan pada semester I tahun ini. Sedangkan,  penerbitan euro bond baru pada semester II-2015.

Fixed Income Analyst BNI Securities, I Made Adi Saputra menduga, dari sisa tiga SUN valas yang akan diterbitkan, global sukuk paling berpeluang kebanjiran permintaan. “Karena sama-sama berdenominasi dollar AS dan rencana penerbitannya tidak jauh dari sekarang,” ujarnya.

Terkait kupon, kata Made, penetapannya akan selalu dibandingkan dengan yield US Treasury 10 tahun. Itu sebabnya, ia menilai tenor euro bond sebaiknya diperpanjang menjadi 10 tahun, agar punya benchmark yang jelas.

Dari sisi nilai, Made menduga ada potensi peningkatan nilai penerbitan untuk samurai bond dan euro bond. Alasannya, jika yang diperbesar SUN valas dollar AS, cost of fund pemerintah bisa lebih tinggi lantaran nilai tukar rupiah cenderung melemah.

Sebelumnya, pemerintah menyatakan rencana penambahan alokasi penerbitan SUN valas pada tahun ini. Biasanya, pemerintah menetapkan rasio penerbitan SUN rupiah dan SUN valas adalah 80:20.

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar memperkirakan, porsi penerbitan global sukuk, euro bond dan samurai bond nanti bisa sama ekuivalen, yaitu sekitar US$ 1 miliar. “Target pemerintah di SUN valas tahun ini US$ 7 miliar. Nah, US$ 4 miliar sudah di global bond. Sisanya, saya perkirakan masing-masing US$ 1 miliar sudah bagus,” jelasnya.

Adapun, untuk tingkat kupon, Kumar bilang, akan mengikuti perkembangan ekonomi global. Menurutnya,  jika data ekonomi AS terus membaik, tingkat yield US Treasury akan semakin kecil. Artinya, patokan kupon semakin rendah. Dari domestik, fundamental makro juga akan memengaruhi tingkat kupon.

Diburu di pasar sekunder

Menurut Loto, sejak pricing ditetapkan Jumat (9/1), global bond langsung dapat diperdagangkan di pasar sekunder. “Penerbitannya memang tanggal 15 Januari 2014 waktu New York, AS. Tapi setelah pricing ini, sepertinya pelaku pasar telah memperdagangkannya,” ungkap Loto.

Kumar mengklaim, kemarin (9/1), global bond langsung diburu investor global di pasar sekunder. Hasil pantauannya, hingga pukul 17.00 WIB, yield  RI0125 sudah turun menjadi 4,079%, dan RI0145 sebesar 5,176%. “Tapi ini biasa terjadi pada obligasi terbitan baru. Dua minggu awal ramai diburu di sekunder,” tuturnya.

Menurut Kumar, ramainya perburuan global bond di pasar sekunder akibat investor yang tak kebagian jatah mencoba mengoleksi. “Bisa juga yang sudah kebagian jatah ingin menambah porsi, atau ada investor yang tergiur dengan capital gain sehingga langsung dijual,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini