Supaya Finansial Tahan Banting, Milenial Mesti Melek Terhadap Kebutuhan Industri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melek terhadap kebutuhan industri dibutuhkan supaya finansial tahan banting. Harapan tersebut ada di pundak generasi milenial sebagai penggerak ekonomi di masa depan.

Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmojo mengatakan bahwa gen Z mesti peka terhadap setiap kesempatan. Anak muda bisa memanfaatkan ruang untuk belajar tidak hanya dari kelas tapi dapat mendengar dari berbagai sumber. 

Perubahan zaman pun telah menuntut agar memiliki keahlian dan rajin mengikuti isu-isu terkini. Sektor e-commerce, start-up, electric vehicle (EV) merupakan industri yang tengah bertumbuh dan harus dicermati.


Contohnya dalam kondisi suku bunga naik tinggi yang memicu inflasi saat ini, maka pemerintah mencari sumber ekonomi baru seperti nikel yang nampaknya kebutuhan bakal meningkat. Seiring hal tersebut artinya meninggalkan keperkasaan bisnis batubara yang dianggap sudah tidak prospektif untuk mendukung ekonomi hijau di masa depan.

"Transformasi digitalisasi Indonesia memberikan pula ruang bagi kemajuan industri digital," ujar Kartiko dalam Money Fest yang diselenggarakan Kontan.co.id, Jumat (25/11).

Baca Juga: Tips Mengatur Uang Ala Bos Bank Syariah Indonesia (BRIS)

Hanya saja, lanjut Kartiko, potensi tersebut belum dimaksimalkan sepenuhnya. Meskipun kesempatan terbuka lebar tapi persaingan semakin ketat.

Di sisi lain, sentimen pendukungnya adalah pembangunan Indonesia yang masih terus berjalan. Ditambah lagi, pertumbuhan ekonomi masih dalam tren positif. Hal tersebut tercermin dari keberhasilan Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5% sepanjang tahun ini berjalan.

Artis sekaligus influencer Christian Sugiono turut mengajak anak muda untuk bisa memanfaatkan peluang bertumbuh di dalam persaingan industri saat ini. Hal itu menilai infrastruktur untuk mendukung digitalisasi sudah cukup mumpuni.

Menurut Tian, sektor digital adalah arah industri masa depan. Digitalisasi kemudian dapat melengkapi industri kreatif agar membuatnya lebih menarik.

"Konten dulunya hanya disajikan oleh publisher besar kini bisa dilakukan setiap individu lewat bantuan internet," imbuh Tian dalam kesempatan yang sama, Jumat (25/11).

Baca Juga: Ketua SWI: Jangan Terlibat Pinjol Ilegal, Sangat Berbahaya!

Karena itu, Tian menambahkan, era baru internet sudah menuju web3 ketika pengguna mengontrol informasi sendiri tanpa pihak ketiga. Misalnya, transaksi uang sudah tidak hanya mengandalkan bank sebagai perantara. Namun, era web3 memungkinkan setiap orang bisa melakukan transfer lewat kripto bahkan dalam bentuk aset apapun.

Ketika ditanyakan terkait sektor e-commerce Indonesia saat ini yang berkutat pada masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Tian mewajarkan hal tersebut.

Sebab, dia menilai bahwa industri e-commerce Indonesia masih dalam tahap bertumbuh. Dari perkembangan industrinya sebenarnya memang cukup pesat, namun fase itu dianggap sebagai bagian dalam formulasi terbentuknya industri startup.

Tidak dapat dipungkiri pula fase transisi dari masa pandemi menuju endemi membuat industri e-commerce menunjukkan wujud aslinya. Tingkat kunjungan e-commerce yang mulai menurun karena aktivitas di luar ruangan sudah mulai pulih, memberikan pertimbangan perusahaan untuk efisiensi.

Lihat saja, saat ini banyak pengumuman lay off karyawan e-commerce yang disebabkan juga faktor era bakar duit sudah usai.

Tentunya, Tian menuturkan, bisnis e-commerce ini berbeda dengan bisnis konvensional lainnya seperti restoran ataupun coffeshop. Namun, segala risiko dalam industri yang baru seperti e-commerce mesti dihadapi agar bisa menjalani tantangan ataupun kebutuhan industri ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati