KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Super Bank Indonesia Tbk (
SUPA) telah menutup November 2025 dengan laba sebelum pajak sebesar Rp 122,4 miliar. Kondisi tersebut dinilai menjadi cerminan fundamental yang kuat dari Superbank. Seperti diketahui, SUPA sempat menunjukkan performa impresif pasca IPO dengan mengalami Auto Rejection Atas (ARA) selama tiga hari berturut-turut. Namun, pada awal pekan ini, SUPA mengalami koreksi di perdagangan sesi pertama sekitar 14,63% menjadi Rp 1.050 per saham. Meski demikian, CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menilai capaian kinerja Superbank hingga November 2025 mencerminkan fundamental yang semakin solid pasca IPO.
Di mana, Superbank mengalami lonjakan pendapatan bunga bersih sebesar 165% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1,4 triliun.
Baca Juga: OJK Proyeksi Pembiayaan Fintech Lending ke Sektor Produktif akan Tumbuh ke Depannya Kinerja intermediasi yang kuat tercermin dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 149% YoY menjadi Rp 11,0 triliun dan penyaluran kredit yang meningkat 58% YoY mencapai Rp9,3 triliun, sehingga mendorong total aset tumbuh 69% YoY menjadi Rp18,0 triliun. Dari sisi operasional, Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah dengan rata-rata transaksi harian melampaui 1 juta transaksi per hari. "Kombinasi pertumbuhan laba, ekspansi kredit yang terukur, serta peningkatan transaksi harian menunjukkan bahwa Superbank tidak hanya bertumbuh secara agresif, tetapi juga semakin matang dari sisi fundamental,” ujarnya, Senin (22/12/2025). Di sisi lain, Bernadus turut menyoroti keberhasilan Superbank yang memenuhi kriteria KBMI 2 dengan modal inti di atas Rp 6 triliun. Menurutnya, hal tersebut memperkuat persepsi pasar terhadap keberlanjutan pertumbuhan jangka menengah. “Dengan struktur permodalan yang lebih kuat dan basis nasabah yang terus berkembang, Superbank memiliki ruang ekspansi yang menarik, yang pada akhirnya dapat menjadi katalis positif bagi valuasi saham ke depan,” tambahnya. Ke depan, Sucor Sekuritas optimistis, Superbank memiliki prospek jangka panjang yang menarik, seiring meningkatnya penetrasi layanan perbankan digital serta kebutuhan pembiayaan di segmen ritel dan UMKM. Status KBMI 2 diyakini akan memperkuat daya saing Superbank di industri perbankan nasional dan mendukung fase pertumbuhan berikutnya sebagai perusahaan publik.
Selain itu, sebagai bagian dari Grab dan Emtek Group yang secara total memiliki lebih dari 50 juta pengguna, Bernadus Wijaya juga optimis Superbank akan berhasil memanfaatkan ekosistem ini untuk menjadi Bank Digital terbesar di Indonesia. "Saya yakin dengan track record yang sangat baik hinggal bulan November 2025 ini, Superbank akan mampu memanfaatkan ekosistem yang dimiliki oleh Grab dan Emtek yang memiliki total lebih dari 50 juta pengguna - sehingga Superbank akan mampu menjadi Bank Digital terbesar di Indonesia dalam 2-3 tahun yang akan datang", tutup Bernadus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News