KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) mengantongi dua kontrak baru untuk tahun 2019. Kedua kontrak tersebut berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang dan Cirebon II. Dalam keterangan resminya, Direktur utama SKRN Yafin Tandiono Tan mengatakan, kedua kontrak baru tersebut senilai lebih dari Rp 40 miliar sehingga pada tahun 2019 total kontrak akan mencapai 300 miliar. Kontrak baru akan direalisasikan Februari-Maret 2019 dengan masa kerja 7-9 bulan. Emiten yang bergerak di bidang jasa penyewaan crane ini juga sedang mengincar kontrak di proyek jalan tol Cillincing-Cibitung dan windmill Atambua. Hingga tahun ini pendapatan SKRN ditargetkan mencapai Rp 600 miliar, naik 25% dari Rp 480 miliar tahun lalu. Pada September 2018, SKRN telah mengantongi pendapatan Rp 450 miliar. Superkrane menargetkan pertumbuhan pendapatan 20% menjadi Rp 720 miliar tahun depan. Menurut Yafin, hal tersebut didorong kuatnya permintaan sewa crane dari sektor migas, infrastruktur hingga pertambangan. Eddy Gunawin, Sekretaris Perusahaan SKRN mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi SKRN pada tahun ini adalah eksekusi dari kontrak-kontrak yang sudah dipesan dengan efektif dan efesien, “Alat-alat sudah dipesan full sampai akhir tahun ini,” ujarnya.
Superkrane mengantongi kontrak baru Rp 40 miliar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) mengantongi dua kontrak baru untuk tahun 2019. Kedua kontrak tersebut berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang dan Cirebon II. Dalam keterangan resminya, Direktur utama SKRN Yafin Tandiono Tan mengatakan, kedua kontrak baru tersebut senilai lebih dari Rp 40 miliar sehingga pada tahun 2019 total kontrak akan mencapai 300 miliar. Kontrak baru akan direalisasikan Februari-Maret 2019 dengan masa kerja 7-9 bulan. Emiten yang bergerak di bidang jasa penyewaan crane ini juga sedang mengincar kontrak di proyek jalan tol Cillincing-Cibitung dan windmill Atambua. Hingga tahun ini pendapatan SKRN ditargetkan mencapai Rp 600 miliar, naik 25% dari Rp 480 miliar tahun lalu. Pada September 2018, SKRN telah mengantongi pendapatan Rp 450 miliar. Superkrane menargetkan pertumbuhan pendapatan 20% menjadi Rp 720 miliar tahun depan. Menurut Yafin, hal tersebut didorong kuatnya permintaan sewa crane dari sektor migas, infrastruktur hingga pertambangan. Eddy Gunawin, Sekretaris Perusahaan SKRN mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi SKRN pada tahun ini adalah eksekusi dari kontrak-kontrak yang sudah dipesan dengan efektif dan efesien, “Alat-alat sudah dipesan full sampai akhir tahun ini,” ujarnya.