Superkrane siap IPO September 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten di bursa bakal kembali bertambah. Perusahaan penyewaan crane dan alat berat, PT Superkrane Mitra Utama, tengah bersiap menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Perusahaan yang didirikan 1996 silam ini akan menawarkan 300 juta saham biasa atau maksimal 20% dari total modal ditempatkan dan disetor. Nilai nominal saham tersebut sebesar Rp 100 per saham.

Corporate Secretary Superkrane Eddy Gunawan mengungkapkan, harga penawaran saham perdana perusahaan ini berada di kisaran Rp 900 hingga Rp 1.260. Artinya, melalui aksi IPO ini, Superkrane bakal meraup dana Rp 270 miliar hingga Rp 378 miliar.


Perusahaan ini akan menggunakan sekitar 50% dana hasil IPO untuk pembayaran uang muka pembelian alat berat. Sekitar 25% akan digunakan untuk melunasi utang bank dan leasing, termasuk biaya pinalti. "Sisa dana akan digunakan untuk membiayai operasional perusahaan," ujar Eddy, Rabu (15/8).

Superkrane menargetkan penawaran umum saham dilaksanakan pada 18-21 September. Lalu pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) rencananya akan berlangsung pada 28 September 2018 mendatang. Sebagai pelaksana emisi efek, Superkrane telah menunjuk UOB Kay Hian Sekuritas.

Kinerja keuangan Superkrane saat ini masih positif. Prospek bisnis calon emiten ini juga cukup cerah, seiring pesatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Sepanjang kuartal pertama tahun ini, Superkrane mencatatkan pendapatan sebesar Rp 153,2 miliar. Jumlah tersebut naik 34,5% dibanding periode yang sama di 2017.

Peningkatan pendapatan ini terutama disumbang oleh lini bisnis utama Superkrane, yakni penyewaan crane. Perusahaan ini mencatatkan kenaikan pendapatan penyewaan crane 75% di periode tersebut.

Laba bersih Superkrane bahkan meningkat signifikan, yakni mencapai 152,02%. Di kuartal pertama lalu, perseroan ini membukukan laba bersih sebesar Rp 93,6 miliar, naik dari Rp 37,1 miliar di kuartal satu 2017.

Prospek bagus

Saat ini Superkrane menjalankan banyak proyek infrastruktur pemerintah, seperti pembangunan jalan tol, light rapid transit (LRT) dan mass rapid transit (MRT) serta proyek lain. "Crane banyak digunakan dalam proyek-proyek konstruksi dan infrastruktur. Diperkirakan beberapa tahun ke depan kebutuhan nasional alat berat, khususnya crane, akan bertambah," ujar Yafin Tandiono, Direktur Utama Superkrane.

Analisis senior CSA Research Institue Reza Priyambada berpendapat, Superkrane bakal menemui tantangan jika memutuskan IPO saat ini. Sebab, kondisi pasar saham masih volatil hingga saat ini.

Alhasil, para pelaku pasar akan cenderung menahan diri dalam melakukan investasi. "Di saat pasar sedang volatil seperti sekarang, IPO akan dilirik apabila perusahaan memiliki manajemen yang baik dan fundamental yang kuat," ujar Reza.

Namun, jika melihat fundamental Superkrane, Reza memandang perusahaan ini memiliki pondasi yang cukup kuat untuk dilirik oleh investor. Reza memandang Superkrane memiliki prospek yang baik ke depan. Ia menilai kinerja perusahaan ini cukup mengesankan, lantaran mampu mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba bersih yang signifikan,

Terkait harga penawarannya, Reza memandang kisaran harga yang ditawarkan Superkrane wajar dan murah jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia