JAKARTA. Pasokan berlebih menekan harga minyak sawit mentah. Kontrak pengiriman
crude palm oil (CPO) untuk Oktober 2012, di Malaysia Derivatif Exchange, Selasa (14/8), melemah 1,32% menjadi RM 2.833 per ton. Itu merupakan harga terendah sejak 13 April 2012. Kendati grafik harga saat ini tengah melandai, namun para analis masih optimistis, CPO mampu berbalik arah. Pemicu penurunan harga CPO, kali ini, adalah pasokan yang mengalir deras. Di Malaysia, pasokan CPO meningkat 15,1% per akhir Juli, menjadi 1,69 juta ton. Itu merupakan peningkatan produksi terbesar selama satu bulan, sejak Maret 2011.
Kenaikan suplai minyak sawit mentah meringankan kekhawatiran pelaku pasar terhadap kemungkinan merosotnya pasokan minyak sayur dari Amerika Serikat. Cuaca panas ekstrem yang melanda Negara Paman Sam, memang sempat memicu kerisauan di antara pedagang komoditas. Mereka khawatir pasokan minyak nabati berkurang. Namun ketakutan itu tidak terbukti. Permintaan minyak nabati juga tidak naik tinggi. Bahkan, pembelian CPO dari India selama Juli turun 4,2% menjadi 875.000 ton
month-to -month. India merupakan konsumen CPO terbesar kedua, setelah China. Pembelian India turun akibat melambatnya produksi. Nilai tukar Harga CPO bergerak makin lambat karena ekspor CPO Malaysia tidak mengalami perubahan. Padahal, stok sawit Malaysia per Agustus mencapai 2 juta ton. Mengutip data periset independen Intertek pengiriman CPO dari Malaysia menurun 1,8% menjadi 357.372 dalam 10 hari di bulan Agustus dibanding periode yang sama bulan sebelumnya. Penurunan permintaan juga mempengaruhi harga minyak kedelai. Kontrak pengiriman untuk November 2012, di Chicago Board of Trade, kemarin, melemah 0,9% menjadi US$ 16.295 per gantang. Namun analis menilai masih ada faktor pengungkit harga CPO di akhir tahun ini. Hoe Lee Leng, analis RHB Capital Bhd. merujuk ke kemungkinan hadirnya El Nino menjelang akhir tahun ini. Analis Monex Investindo Futures, Ariana Nur Akbar menambahkan, bencana banjir di Amerika. “Namun, karena ekspor melambat, harga CPO turun,” papar dia. Perayaan Idul Fitri, di masa lalu, juga mampu menaikkan permintaan, dan tentunya, harga. Namun di tahun ini, momen Lebaran tak mengubah harga CPO. Ini tidak lain disebabkan, perlambatan ekonomi global. Akibatnya, permintaan CPO jauh lebih rendah daripada perkiraan. Data produk domestik bruto China dan tarif impor yang ditetapkan India ikut mengibarkan sentimen negatif bagi CPO. Di luar permintaan dan pasokan yang tidak seimbang, analis Pasar Fisik Soegee Futures, Renji Bestari, menunjuk pelemahan nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor, sebagai penekan harga CPO.
Ia mencontohkan, rupee India serta yuan China yang cenderung melemah terhadap dolar AS. Akibatnya, bahan baku impor menjadi lebih mahal bagi konsumen. Jadi, kalau dollar AS kembali melemah. Renji yakin harga CPO akan kembali naik. Prediksi Renji, harga CPO dalam pekan ini akan bergerak di rentang RM 2.850 hingga RM 3.050 per ton. Di akhir bulan, CPO berkisar antara RM 2.850-RM 3.150 per ton. Ariana memproyeksi harga CPO akan melemah hingga akhir pekan ini, di kisaran RM 2.659 - RM 2.886 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana