JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku belum bisa menyerap pasokan gas hasil pertukaran (swap) antara Lapangan Gajah Baru milik Premiere Oil dengan Blok Koridor milik ConocoPhilips sebanyak 40 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd).“Jadi, saat ini, kami masih belum siap menerima gas dari Lapangan Gajah Baru, karena adanya pasokan dari Lapangan Jambi Merang dan PGN,” kata Kepala Divisi Bahan Bakar Minyak dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki kepada KONTAN, Senin (23/4).Menurut Suryadi, pasokan gas sulit terserap karena pola pemakaian gas oleh pembangkit yang cenderung naik turun. PLTGU Muara Tawar yang seharusnya menyerap gas ini membutuhkan pasokan gas sebesar 175 mmscfd. Tetapi konsumsi gas tidak selalu pada angka tersebut. “Antara jam 9 pagi hingga jam 9 malam, PLTGU Muara Tawar membutuhkan 240 mmscfd, tetapi di luar itu kebutuhan gas hanya 110 mmscfd,” jelasnya.Saat ini, pembangkit di Bekasi tersebut mendapat pasokan gas dari PT PGN (Persero) sebesar 100 mmscfd dan Lapangan Jambi Merang 45 mmscfd. Rencananya, PLTGU Muara Tawar akan mendapat tambahan pasokan gas dari Lapangan Gajah Baru sebesar 40 mmscfd. Sayangnya, lanjut Suryadi, pipa PGN tidak bisa menangani besarnya pasokan dan naik turunnya (swing) pemakaian gas oleh pembangkit.“Pipa transmisi PGN tidak bisa mengikuti pola kerja PLN. Kapasitas mereka 560 mmscfd dalam waktu enam jam, sementara di beban puncak bisa memasok hingga 625 mmscfd. Jadi PGN tidak sanggup,” jelas dia. Untuk itu, PLN akan mempercepat pemakaian gas oleh pembangkit di Sumatera. Awalnya, pasokan gas sebesar 65 mmscfd dari Lapangan Jambi Merang seluruhnya untuk pembangkit di Sumatera. Namun, karena ketidaksiapan pembangkit untuk menyerap gas, maka pasokan gas dialihkan untuk PLTGU Muara Tawar. Pembangkit yang seharusnya menyerap pasokan itu adalah PLTG Rengat, PLTG Payou Selincah, dan PLTG Duri.Saat ini, PLTG Rengat sudah memakai gas sebanyak 5 mmscfd. PLTG Payou Selincah juga sudah menyerap pasokan gas dan rencananya akan bertambah 15 mmscfd pada Juni nanti. Selanjutnya, PLTG Duri akan mulai membutuhkan gas pada November nanti. “Dengan adanya tambahan kebutuhan gas dari PLTG Payou Selincah dan Duri, maka gas dari Lapangan Jambi Merang sudah terserap seluruhnya di Sumatera. Maka, mulai Oktober nanti gas dari Lapangan Gajah Baru bisa diserap oleh PLTGU Muara Tawar,” papar Suryadi.Seperti diketahui, gas dari Lapangan Gajah Baru milik Premiere Oil seharusnya dialirkan ke pembangkit PLN di Batam. Namun, karena ketidaksiapan pipa, gas rencananya akan dialirkan ke konsumen Singapura. Sebagai gantinya, PLN akan mendapat pasokan dari Blok Koridor milik ConocoPhilips ke PLTGU Muara Tawar. Sehingga, gas akan mengalir melalui pipa South Sumatra West Java (SSWJ) milik PGN.Harga gas hingga ke pembangkit di Batam dipatok sebesar US$ 4,9 per juta british thermal unit (mmbtu). Tetapi harga membesar karena harus dialirkan hingga Jawa Barat. Harga gas hingga ke PLTGU Muara Tawar disepakati sebesar US$ 8,7 – US$ 8,8 per mmbtu dengan masa kontrak sementara 15 bulan hingga Mei 2013. Namun, bila situasi memungkinkan dan pembangkit listrik di Batam belum siap, maka kontrak ini akan diperpanjang.Sebelumnya, persetujuan swap Gajah Baru telah diberikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik sejak Oktober tahun lalu. Pertukaran ini menambah pasokan gas ke PLN sebesar 40 mmscfd atau setara dengan listrik 200 megawatt (MW). Sehingga, PLN bisa menghemat biaya operasi sebesar Rp 2 triliun- Rp 3 triliun per tahun. Selain itu, juga mengurangi besaran impor bahan bakar minyak (BBM) sebesar 6.000 barel per hari.
Suplai berlebih, PLN tak bisa serap gas Gajah Baru
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku belum bisa menyerap pasokan gas hasil pertukaran (swap) antara Lapangan Gajah Baru milik Premiere Oil dengan Blok Koridor milik ConocoPhilips sebanyak 40 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd).“Jadi, saat ini, kami masih belum siap menerima gas dari Lapangan Gajah Baru, karena adanya pasokan dari Lapangan Jambi Merang dan PGN,” kata Kepala Divisi Bahan Bakar Minyak dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki kepada KONTAN, Senin (23/4).Menurut Suryadi, pasokan gas sulit terserap karena pola pemakaian gas oleh pembangkit yang cenderung naik turun. PLTGU Muara Tawar yang seharusnya menyerap gas ini membutuhkan pasokan gas sebesar 175 mmscfd. Tetapi konsumsi gas tidak selalu pada angka tersebut. “Antara jam 9 pagi hingga jam 9 malam, PLTGU Muara Tawar membutuhkan 240 mmscfd, tetapi di luar itu kebutuhan gas hanya 110 mmscfd,” jelasnya.Saat ini, pembangkit di Bekasi tersebut mendapat pasokan gas dari PT PGN (Persero) sebesar 100 mmscfd dan Lapangan Jambi Merang 45 mmscfd. Rencananya, PLTGU Muara Tawar akan mendapat tambahan pasokan gas dari Lapangan Gajah Baru sebesar 40 mmscfd. Sayangnya, lanjut Suryadi, pipa PGN tidak bisa menangani besarnya pasokan dan naik turunnya (swing) pemakaian gas oleh pembangkit.“Pipa transmisi PGN tidak bisa mengikuti pola kerja PLN. Kapasitas mereka 560 mmscfd dalam waktu enam jam, sementara di beban puncak bisa memasok hingga 625 mmscfd. Jadi PGN tidak sanggup,” jelas dia. Untuk itu, PLN akan mempercepat pemakaian gas oleh pembangkit di Sumatera. Awalnya, pasokan gas sebesar 65 mmscfd dari Lapangan Jambi Merang seluruhnya untuk pembangkit di Sumatera. Namun, karena ketidaksiapan pembangkit untuk menyerap gas, maka pasokan gas dialihkan untuk PLTGU Muara Tawar. Pembangkit yang seharusnya menyerap pasokan itu adalah PLTG Rengat, PLTG Payou Selincah, dan PLTG Duri.Saat ini, PLTG Rengat sudah memakai gas sebanyak 5 mmscfd. PLTG Payou Selincah juga sudah menyerap pasokan gas dan rencananya akan bertambah 15 mmscfd pada Juni nanti. Selanjutnya, PLTG Duri akan mulai membutuhkan gas pada November nanti. “Dengan adanya tambahan kebutuhan gas dari PLTG Payou Selincah dan Duri, maka gas dari Lapangan Jambi Merang sudah terserap seluruhnya di Sumatera. Maka, mulai Oktober nanti gas dari Lapangan Gajah Baru bisa diserap oleh PLTGU Muara Tawar,” papar Suryadi.Seperti diketahui, gas dari Lapangan Gajah Baru milik Premiere Oil seharusnya dialirkan ke pembangkit PLN di Batam. Namun, karena ketidaksiapan pipa, gas rencananya akan dialirkan ke konsumen Singapura. Sebagai gantinya, PLN akan mendapat pasokan dari Blok Koridor milik ConocoPhilips ke PLTGU Muara Tawar. Sehingga, gas akan mengalir melalui pipa South Sumatra West Java (SSWJ) milik PGN.Harga gas hingga ke pembangkit di Batam dipatok sebesar US$ 4,9 per juta british thermal unit (mmbtu). Tetapi harga membesar karena harus dialirkan hingga Jawa Barat. Harga gas hingga ke PLTGU Muara Tawar disepakati sebesar US$ 8,7 – US$ 8,8 per mmbtu dengan masa kontrak sementara 15 bulan hingga Mei 2013. Namun, bila situasi memungkinkan dan pembangkit listrik di Batam belum siap, maka kontrak ini akan diperpanjang.Sebelumnya, persetujuan swap Gajah Baru telah diberikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik sejak Oktober tahun lalu. Pertukaran ini menambah pasokan gas ke PLN sebesar 40 mmscfd atau setara dengan listrik 200 megawatt (MW). Sehingga, PLN bisa menghemat biaya operasi sebesar Rp 2 triliun- Rp 3 triliun per tahun. Selain itu, juga mengurangi besaran impor bahan bakar minyak (BBM) sebesar 6.000 barel per hari.